Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 19

Horor —Senin, 26 Dec 2022 14:55
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 19
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- “Mas, onok ndas kelontong gok lemarimu” (mas ada batok kepala dilemarimu)

Mas Fadhil hanya memandang mas Anton, tampak tidak terkejut. “wingi lak wes tak warah, mari sholat turu ae gok kamar” (kemarin kan sudah tak bilangin, selesai sholat tidur saja)

Rupanya, mas Fadhil sudah tau. Ia tahu, penghuni di rumah ini.

Mas Fadhil akhirnya menceritakan semuanya. Katanya, alasan kenapa memilih kamar di belakang karena kamar itu penghuninya paling jahil, dan emmang suka menganggu.

Namun, kamar lain penghuninya lebih ke tidak ramah. Mas anton yang mendengar itu, wajahnya jadi tegang.

Mas Fadhil mikir mas Anton. Karena, kalau mas Anton dapat kamar yang di belakang takutnya bisa dijahilin abis-abisan.

Baca juga: Ridwan Kamil Terima Bantuan Gubernur Kalimantan Timur untuk Gempa Cianjur

“lho terus nggok kamarku ra onok ta mas?” (lho, yang dikamarku memang tidak ada ta mas?)

“Onok. Tapi nek aku ngomong, awakmu isok girab-girab” (ada, tapi kalau tak kasih tahu, takutnya nanti kamu bisa kepikiran terus)

Hari itu juga, mas Fadhil bercerita. Katanya, ada sesuatu yang tidak kasat mata dan ini atas pengetahuannya tentang pabrik ini.

“sampeyan tau eroh seng jenengane, kerajaan demit” kata mas Fadhil.

“kerajaan opo toh mas” (kerajaan apa maksudnya mas?)

Mas Fadhil juga tidak tahu, tidak ada energy negative pada diri kakek-kakek itu. Di tanyalah sama mas Fadhil, “Panjenengan griyane pundi pak, ngaunten kulo mboten gadah niat ganggu” (anda rumahnya dimana pak, mohon maaf tidak ada maksud menganggu saya)

Si kakek menunjuk pohon gede. Disinilah, si kakek menjelaskan segalanya. Rupanya, sang kakek tertarik dengan mas Fadhil, ia adalah seorang yang berilmu, karena ia mempelajari kebatinan sejak kecil.

Baca juga: Tinjau Misa Natal, Ridwan Kamil: Jawa Barat Kondusif

Namun, perlu di garis bawahi. Bahwa, semua penunggu disini, ada yang sangat membenci orang seperti mas Fadhil.

Yang jadi masalah adalah, yang benci dengan orang berilmu kebatinan ini adalah para panglima dari kerajaan demit ini. mas Fadhil langsung tahu maksud kakek itu. “lalu harus bagaimana saya mba?” tanya mas Fadhil.

Si kakek hanya menasehati, ada beberapa titik dimana mas Fadhil tidak boleh sering-sering kesana, termasuk titik dimana ia tidur sekarang.

Tempat itu rupanya adalah tempat singgah si panglima dan panglimanya sendiri adalah 6 macan putih. Namun, saat ini, mereka hanya megamati.

Mas Anton yang mendengar itu bingung, ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Jarak Semarang dan tempat ini cukup jauh dan sungguh hal yang memalukan bila ia harus pulang padahal belym juga mendapat gaji pertamanya.

Ini lah maksud kalimat pak Edi. “Semoga betah ya”

Mas Fadhil menenangkan mas Anton bahwa mereka tidak akan menganggu atau mencelakai bila kita tidak mencari gara-gara terlebih dahulu. terkecuali yang memang jahil, mereka jahil hanya untuk mencari perhatian, bila dibiarkan, mereka akan capek sendiri.

 Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 18

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait