Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 36

Horor —Kamis, 26 Jan 2023 16:07
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 36
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Suara mereka tercekat di dalam air, bercengkrama satu sama lain, tidak daoat bernafas dan anak- anak itu tertawa.

Dan ketika mereka sadar, mereka tertidur di atas kolam kosong. Namun, suara anak-anak tertawa masih terdengar di telinga mereka. Hanya saja, kali ini suara itu terdengar tanpa ada rupa di sekelilingnya.

Tahun 205, kolam renang ini sudah di timbun dengan tanah dan dijadikan area toko untuk perumahan.

Ketika setengah area pabrik di bangun perumahan, ada lebih dari 100 jiwa yanh meninggal karena kecelakaan atau hilang. Hingga saat ini, jasad mereka belum ditemukan.

Di dekat kolam renang, ada sumur. Sumur ini merenggut nyawa tetangga Danar.

Meski pihak kepolisian menutup kasus ini atas dasar kecelakaan, dimana korban meninggal karena lalai, terpeleset jatuh ke sumur dengan punggung tertekuk.

Baca juga: Daihatsu Indonesia Masters 2023: Langkah Ginting Terhenti di Babak 16 Besar

Namun, menurut penerawangan orang pintar, sumur ini dihuni oleh salah satu makhluk paling tua di Zona Timur. Dimana makhluk ini terasing dari penguasa zona timur, masih cukup kuat untuk mencelakai manusia.

Mbah Narmo memanggil nama makhluk ini dengan nama Antira yang berarti makhluk berbulu lebat yang tinggal di sumur tua, dekat dengan mess karyawan. Dirumah paling ujung dan berbatasan langsung dengan kolam tua.

Wujud Antira adalah makhluk besar yang berbulu lebat. Panjang kukunya nyaris menyentuh tanah dan ketika ia berjalan, terdengar suara seperti di gesek, karena kukunya tersaruk-saruk menyentuh tanah.

Antira sebenarnya bukan makhluk yang buas, apalagi sampai mencelakai. Namun, ketika di temukan orang yang tewas di sumur itu, mbah Narno membenarkan hal itu bahwa Antira lah yang bertanggung jawab.

Singkatnya, kejadian ini terjadi tahum 2007/2008.

Baca juga: Kick-OFF Dimajukan, Pertandingan Persib vs Borneo FC Tanpa Penonton

Sejak pagi, Pak Man yang kesehariannya berjualan bensin di kiosnya ini pergi ke kebun pagi-pagi buta. Semua rumah mess karyawan sudah dikosongkan, karena waktu itu pabrik sudah menghentikan aktifitasnya dan menunggu pemerintah menyatakan pabrik gula ini pailit.

Sehingga, mess karyawan yang merupakan asset pabrik tanahnya akan ikut terjual. Dengan kosongnya rumah mess, warga sekitar desa ramai-ramai menanam dari mulai singkong, pisang dan tumbuhan kebun pada umumnya.

Tidak terkecuali, Pak Man, yang rumahnya berada di seberang jalan mess karyawan pabrik gula. Ia menggarap tanah pabrik dengan pohon pisang.

Satu waktu, sejak pagi buta Pak Man sudah pergi ke kebun. Kesehariannya tidak lepas dari memotong daun-daun pisang yang kering sembari menghitung mana pisang yang di panen hari ini.

Akan tetapi, istri Pak Man sudah merasakan gelagat tidak enak sejak pak Man pergi pagi buta. Katanya, pak Man tidak seperti biasanya, karena ia akan ke kebun saat matahari sudah tinggi.

Rupanya, dugaan istri pak Man benar…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Jabar Miliki Pusat Distribusi Provinsi Simpan Cadangan Pangan dan Stabilisasi Harga Bahan Pokok

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait