Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 15

Horor —Rabu, 21 Dec 2022 14:25
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 15
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- “sejak dihabisi, kemudian agama mulai dikenal, mereka akhirnya menyebar. Manunggal itu Cuma kiasan, yang artinya makhluk ini sudah hidup jauh sekali dari usia manusia. Bisa dibilang, tempat mungkin dari tempat yang jauh semacam pelarian”

“jadi, raja demit ini, bukan asli dari tanah ini”

Pak Sarip mengangguk lebih ke terpaksa. Terpaksa agar Danar tidak bertanya lagi, beliau akhirnya melanjutkan.

“Kamu tahu ngger, kalau orang kendad (gantung diri) bagaimana matinya?”

“mboten pak le” jawabnya.

“Kebanyakan mereka mati dengan mata terbuka, lidah mereka biasanya melet karena kesakitan saat sebelum gantung diri” pak Sari menghembuskan asap rokoknya, “tapi yang satu ini, dia meninggal dengan wajah ketakutan, sebegitu ketakutannya sampai wajahnya tegang mengeras” \

“terus pake le, hubungannya apa?” tanya Danar.

Baca juga: Pemerintah Siapkan Strategi Pastikan Rangkaian Nataru Aman dan Lancar

Pak Surip menatapnya dengan wajah penuh guratan yang menandakan usianya sudah tidak muda lagi.

“Apalagi kalau bukan karena di Teror…”

Suatu hari, Danar punya kesempatan untuk bercengkrama dengan keluarga besarnya. Disana, lengkap dimana ada bu de dan pak de. Termasuk de no yang lagi ngobril dengan pak lek yono, Danar pun ikut bergabung.

Masih teringat peristiwa dimana de no menunjukkan kasih sayang beliau pada Danar. Jadi, tina-tiba saja ia ngomong sesuatu yang seperti di prediksi oleh de no.

“ojok kuatir, gak bakalan onok seng ganggu awakmu maneh” katanya sambil tersenyu, yang buatnya ngeri.

De no  adalah orang yang tidak pernah tersenyum. Tapi, yang perlu Danar tau adalah maksud dari ucapan beliau.

“Pak de, kerajaan yang dulu pak de pernah ceritakan itu asli atau tidak?” tanya Danar.

“gak usah takok, awakmu yo gak bakal paham” (gak usah tanya, kamu juga tidak akan bisa paham) dengan nada ketus.

“pak de, bisa ceritakan itu lagi”

Belum selesai Danr bicara, de no tiba-tiba ngomong.

Baca juga: Preview Persib vs Persita: Optimis Ditengah Krisis

“koncomu wes bakal pincang seumur hidup”

“Endah pak de namanya.” Jawabnya. “siapa yang melakukan itu pak De”

“apa itu pak de” tanyanya.

“wami ndelok ta awakmu, nek wani ayok tak jak engkok bengi” (berani lihat ta kamu, kalau berani nanti ikut)

“mboten pak de” kata Danar menolak ajakan itu mentah-mentah.

“cah bagus” “gak banyak orang bernai lohat Rogo joglok, sebenarnya koncomu itu beruntung, yang dia temui baru rogo joglok”

Danar langsung bingung. “beruntung piye to pak de, koncoku di gepuk sampe cacat”

“salah koncomu” kata de no.

“salah pripun pak de”

“sak iki takok” (sekarang aku tanya) “lapo awakmu nyedeki karayatan (kerajaan) demit nek onok perlune”

“nyari layangan pak de, kebetulan layangannya terbangnya kesitu”

“goblok berarti kamu” kata de no, semain ketus.

“layangana rgane piro” (harga layangan berapa?)

“500 ripis pak de” jawabnya.

“nyowomu mok regane 500 ripis” (nyawamu kamu hargai 500 rupiah)

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: The Best Surfing Spots in Pangandaran, West Java

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait