Desa Gondo Mayit, Bagian 9

Horor —Selasa, 21 Mar 2023 14:40
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 9
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Mas Damar masih mematung. Ketakutan benar-benar mengeraskan syarafnya. Suara pintu terbanting membuat mas Damar tercekat panik….

Dilihatnya si Mbab sudah kembali dengan wajah marah dan memaki. Entah apa yang terjadi, ia melihat si mbah mencengkram ujung kain kafan si pocong, menyeretnya dengan tangan kosong lalu melemparkannya tepat di kebun belakang rumah gubuk itu.

Kejadian yang baru saja terjadi membuat mas Damar tidak habis pikir.

Wanita itu menatap mas Damar dengan tatapan dingin sembari berujar. “nek ra eroh opo opo, ojok grusak grusuk yo le, nyowo onok regane” (jika kamu tidak tahu apa apa, jangan sembarangan ya nak, nyawamu ada harganya)

Kalimat itu terbayang di pikiran mas Damar bahkan hingga saat ini. mas Erik baru sadar, sedari tadi sim bah tidak keliatan. Padahal ia ikut karena sim bah yang menyuruhnya.

Baca juga: Manfaat Raspberry dan Cara Memanfaatkannya untuk Wajah

Ditambah dengan rasa penasaran kenapa memakamkan seseorang saja sampai ambil waktu selarut ini, mas Erik dibuat kaget.

“loh tali pocong’e rung di buka iku loh” (loh kenapa tali pocongnya belum dibuka?)

Namun, tak seorangpun mendengarkan peringatan dari mas Erik. Mereka tetap menutup lubang kubur dengan tanah. Disinilah, mas Erik merasakan firasat teramat buruk.

“Desa Edan” (Desa gila)

Maka, ia segera meninggalkan tempat itu. Sampai di rumah sim bah, mas Erik melihat mas Damar. Mata mereka saling menangkap satu sama lain.

Disini, mereka curiga.

Desa ini mungkin bukan desa manusia. Namun ada hal yang lebih besar dari semua itu, ada misteri yang disembunyikan di desa ini.

Di tengah kebingungan, langkah kaki sim bah mengejutkan mereka. Wajahnya yang sempat mengeras ketika melihat mas Damar kini sudah berubah seperti sedia kala, seperti saat pertama kali mereka bertemu sim bah.

Baca juga: Milla Tetap Benahi Kinerja Tim

“le, kamar’e wes si mbah siapke” (nak kamarnya sudah disiapkan)

Mau tidak mau, mereka pun masuk ke sebuah kamar yang asing. Tidak ada hal yang menarik selain ranjang dengan tikar anyaman sebagai alasnya.

Namun, belum ada yang berani menarik kesimpulan. Sampai, ditengah keheningan ketika mereka sudah saling merebahkan tubuh untuk sekedar membuang lelah.

Terdengar suara  yang tidak asing lagi ditelinga mereka. Suaranya riuh, namun sangat tipis, seperti dari tempat yang jauh.

Itu adalah suara anak ayam yang pernah mereka dengar. Mas Erik lah yang pertama kali bangun, ia melihat kesana kemari untuk memastikan sesuatu. Sampai mas Erik akhirnya menggoyangkan badan mas Damar.

Ia baru sadar, wajah mas Damar terlihat pucat pasi, seperti menyembunyikan sesuatu.

“Mar, krungu ora?” (Mar, dengar apa tidak?)

Mas Damar masih diam, mencerna setiap kalimat mas Erik sampai akhirnya ia mengatakan

“Rik, awakmu percoyo, pocong ora?” (Rik, kamu percaya gak sama pocong?)

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Jelang Ramadan, Wakil Bupati Pangandaran Hadiri Rakor Pengendalian Inflasi Bersama Kemendagri

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait