Desa Gondo Mayit, Bagian 11

Horor —Rabu, 10 May 2023 15:39
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 11
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Mas Erik dan mas Damar masih menjaga jarak dari langkah si mbah…..

“Mayit” (Pocong)

Setelah mengatakan itu, seolah ada sesuatu yang membuat perasaan mas Erik dan mas Damar tidak enak.

Benar saja, tidak ada angina, tidak ada hujan, tiba-tiba tersengar suara pintu dibanting dengan sangat keras. Masalahnya adalah, setelah suara bantingan itu, gubuk yang terbuat dari bambu itu, serempak terdengar suara gebarak di semua sisi.

Si mbah tertawa semakin keras. Nyali mas Erik dan mas Damar benar-benar dipaksa sampai ke titik frustasi, karena tidak ada yang bisa ia lakukan.

Seolah-olah kejadian ini seperti mimpi belaka.

Suara-suara itu mengisyaratkan satu hal. Di sekeliling rumah pasti ada sesuatu.

Si mbah yang awalnya membungkuk, kemudian mulai terjatuh, terjerembab di atas tanag dengan mata mendelik, melotot kea rah ma Erik dan mas Damar.

Baca juga: Rapat Paripurna Penetapan Persetujuan DPRD Kabupaten Pangandaran terhadap Raperda tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Si mbah mulai mengakak. Kedua kaki sim bah seperti lumpuh, ia merangkak hanya menggunakan tangannya. Dengan bibir komat-kamit entah apa yang diucapkannya, si mbah terus mendekat.

Mas Damar sudah mulai melanturkan doa, meminta agar siapapun bisa menolongnya, mas Erik hanya terdiam sambil meracau,

“janc*k!!! janc*k!!!”

Saat itulah tercium aroma yang seolah menyadarkan mas Erik dan mas Damar. Aroma itu adalah aroma sembujo.

Aroma itu semakin menyengat. Semakin menyengat. Suara ramai yang sedari tadi menciutkan nyali mas Erik dan mas Damar perlahan sirna.

“gok mburi onok lawang rik” (di belakang ada pintu Rik) teriak mas Damar, mereka bergegas lari dan si mbah berusaha mengejar.

Dilihatnta kotak yang mas Damar lihat tadi. Namun, ia segera tepis pikiran-pikiran yang masih menyimpan tanda tanya. Apa maksud dari kain kafan itu.

Yang ia lihat pertama dari halaman belakang rumah adalah berpetak-petak tanaman singkong.

Baca juga: Zalnando Perpanjang Kontrak Bersama Persib

Aroma sembujo masih tercium menyengat. Anehnya, hanya mas Erik yang menciumnya.

“melok aku Mar” (ikut aku Mar)

Entah terjepit atau apa, mas Erik merasa aroma ini seperti memberinya jalan. Benar saja, langkah mereka perlahan menuju ke tanah hutan, pepohonan yang sedari tadi menjadi pertanda perjalanan mereka kini mulai mereka telusuri.

Mas Erik meyakinkan mas Damar bahwa desa itu dihuni oleh mayat.

Pertanyaannya adalah, kenapa mayat harus dikuburkan lagi?

“kain kafan rik… opo onok hubungane?” (kain kafan rik, apa ada hubungannya?)

Mas Erik terlihat bingung.

“gok kotak sing nang pawon, akeh kain kafam di tumpuk” (di kotak yang ada di dapur, ada banyak kain kafan)

Mas Erik dan mas Damar masih berfikir. Sampai ia baru sadar. Di tempat mereka berdiri, mereka tidak sendirian lagi.

Dari balik pohon, banyak sepasang mata yang mengawasi, dan serelah di perhatikan lagi, itu adalah sosok pocong. Tidak hanya satu pocong, namun hampir ada puluhan pocong. Mas Damar dan mas erik terdiam mematung sendiri sendiri……..

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Sudirman Cup 2023: Skuad Indonesia Dilepas, PBSI Mencari Kado Terindah

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait