Desa Gondo Mayit, Bagian 6

Horor —Selasa, 14 Mar 2023 13:55
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 6
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Rumah-rumahnya terbuat dari anyaman bambu. Pokoknya, sangat jauh berbeda dengan kondisi rumah jaman sekarang yang dibangun dengan bata dan semen.

Tepat di sudut rumah paling ujung, gentingnya terbuat dari ranting dengan di tutup daun kelapa kering, si mbah pun mempersilahkan masuk.

“turukno kunu sek kancamu” (tidurkan dulu temanmu disitu)

Si mbah masuk ke ruangan dalam. Sedangkan mas Eerik dan Mas Damar di tinggal di teras rumah. Ada bangku besar untuk merebahkan badan mas Damar. Mas Erik gak habis pikir.

Hanya karena kencing, bisa jadi seperti ini.

Selidik demi selidik, mas Erik melihat kesana kemari, tatapannya menyapu dari rumah ujung ke ujung. Hanya ada 13 atau kurang rumah disini, dan sebelumnya ia tidak pernah dengar ini ada desa.

Namun, tengah malam seperti ini, desa ini sunyi dan sepi. Cukup membuat ngeri.

Baca juga: All England 2023: Jadwal Wakil Indonesia di Hari Pertama


Si mbah keluar, ditangannya ada kendi, “ngumbi iki, trus pas ngumbi ngadep kidul ben penyakite minggat nang kidul yo le” (minum ini lalu, pas minum nanti menghadap ke selatan, biar penyakitnya pergi ke selatan ya nak)

Berusaha keras berdiri, mas Damar menenggak air itu.

“Sak iki melbu ae nang omah, ojok mestu sek, ben balasado ne ngalih disek” (sekarang masuk rumah, jangan keluar dulu, biar rencananya bisa pergi)

Mas Erik tidak paham maksud si mbah saat mengatakan balasado. Namun, mas Erik mengiyakan tawaran itu. Kali ini, mereka yakin, mbah yang menolong mereka mungkin memang manusia.

Di dalam rumah, persis seperti yang dibayangkan mas Erik. Rumah desa yang benar-benar seperti pedalaman. Tidak mungkin ada listrik, bahkan peralatannya benar-benar lawas.

Mas Damar sudah tertidur lelap setelah dipersilahkan untuk istirahat. Saat itulah, kaget bukan main, mas Erik dengar suara gamelan itu.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Mendagri Apresiasi Penurunan IPH Pemkab Pangandaran


Sekarang mas Erik baru malam, mungkin rombongan itu adalah rombongan desa-desa ini. namun, kenapa music gamelannya seperti dekat sekali.

Si mbah menuju ke pintu dan membukanya, di depannya ada anak kecil. Wajahnya pucat dan ekspresinya tidak menyenangkan. Semakin di pandang, membuat mas Erik jadi gelisah sendiri.

Si mbah tampak mengobrol lama, mencoba mencuri dengar, mas Erik hanya mendengar kalimat patah-patah.

Kalimat yang di dengar mas erik hanya. “wayahe, sedo, nolo, randak” (giliran, mati, saudara ilmu)

Habis itu, pintu di tutup. Si mbah kembali masuk dan mengambil kain. Lalu menutup kepalanya dengan kain itu.

Disana, mas Erik pun bertanya.

“bade pundi mbah?” (mau kemana mbah?)

Saat itulah sim bah menawarkan mas Erik apakah mau ikut atau tidak. Tawaran itu awalnya membuat ragu mas Erik. Karena ia harus menjaga mas Damar.

Tapi, keinginan besar yang membuat penasaran, terutama bila melihat wajah anak pucat itu….

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Jelang Ramadhan, Mendagri Apresiasi Penurunan IPH Pemkab Pangandaran

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait