Desa Gondo Mayit, Bagian 4

Horor —Jumat, 10 Mar 2023 15:17
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 4
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Mas Damar memanggil Erik, memintanya mendekat sambil menceritakan keluhannya…

Dan ketika ia menunjukan kondisinya, saat itu mas Erik hanya bisa melototdan tidak percaya atas apa yang ia lihat.

“Janc*k, kenek opo-koen?” (sialan, kenapa dengan kamu ini?) tanya mas Erik. Matanya fokus melihat sesuatu yang ganjil itu.

Mas Damar hanya diam, wajahnya sudah pucat. Jangankan menjawab pertanyaan Erik, kapan dan bagaimana ini terjadi saja, mas Damar tidak tahu.

“gak eroh Rik” (gak tau Rik)

Melihat kondisi mas Damar seperti itu, mas Erik akhirnya menyuruh mas Damar bersandar di atas pohon. Pikirannya fokus ke rombongan yang tadi lewat, jin atau bukan.

Baca juga: Indra Widjaja Resmi Tangani Sektor Tunggal Putri

Mas Erik harus memanggil mereka, agar mas Damar segera tertolong. Tidak hanya itu, hal seperti ini baru pertama kali mas Erik hadapi. Bagaimana bisa terjadi hal-hal ini, padahal mereka tidak lupa berdoa agar di lancarkan semuanya.

Tapi, kok bisa tes*isnya si Damar membesar seperti itu, besarnya sendiri nyaris sama seperti kepalan tangan yang mengenggam.

Mas Erik cuma berpikir satu hal, pasti jin gunung yang melakukannya.

Mas Erik pun meninggalkan mas Damar seorang diri. Ia berlari menembus semak belukar, menuju ke rombongan yang sudah hilang lenyap di tengah kegelapan.

Ada hal yang aneh dan entas mas Damar dengar atau tidak tapi mas Erik yakin, tadi ketika mereka mengintip rombongan itu, ia mendengar sura gamelan yang di dengungkan.

Baca juga: Persib Mainkan Dua Laga Tunda di Bulan Ramadhan

Hal itulah yang membuat mas Erik tidak berani bicara, karena fokus dengar alunan dari gamelan yang dipukul.

Tidak hanya itu, ekspresi wajah dari iring-iringan itu, tidak satupun menunjukan wajah sedih atau bersimparti. Sebaliknya, wajah-wajah itu sumringah seperti sedang mengadakan pesta.

Lalu, keranda mayit yang dipinggul pun asing, biasanya di tutup dengan kain hijau tua, namun yang mas Erik dan Damar lihat, keranda mayit itu di tutup dengan kain hitam lengkap dengan bunga melihat terajut sebagai pengiringanya.

Hal-hal itu yang jadikan mas Erik patokan, semoga ia masih bisa mendengfar iring-iringan music gamelan, dan semoga mereka memang manusia.

Berlari kurang lebih 10 menit, dan semakin jauh lokasinya dari mas Damar yang masih menahan nyeri. Mas Erik sadar, rombongan itu sudah lenyap, menyisakan tanda tanya.

Bagaimana bisa mereka berjalan santai dengan gendong mayit di medan yang naik turun seperti ini?

Putus asa, mas Erik akhirnya menelusuri jalannya lagi, kembali ke temoat dimana mas Damar tidak berdaya, ia berharap seghera selesai dan keluar dari area belantara ini…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Walikota Minta Pejabat Taat Laporkan Harta Kekayaan dan Pajak

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait