Desa Gondo Mayit, Bagian 3

Horor —Kamis, 2 Mar 2023 15:24
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 3
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Damar sudah kembali, mereka pun melanjutkan perjalanan. Rencananya sendiri, mereka harus sudah menempuh setengah dari jalur pendakian, yang menurut Damar, bila di lihat dari lama jam mereka berjalan, tidak jauh lagi…

Erik lebih sering diam. Hal ini membuat Damar penasaran. Asap rokok mencoba mencairkan suasana. Namun, Erik lebih memilih diam, sesekali dia mencuri pandang ke belakang yang jelas-jelas tidak ada siapapun kecuali Damar.

“Onok opo Rik?” (ada apa Rik?)

“gak onok” (gak ada)

Damar tahu, Erik sedang berbohong. Barulah, ketika sampai di tanah lapang, yang artinya pos kedua atau tempat yang biasa digunakan sebagai penakaran satwa sudah dekat, Erik baru membuka suara.

“onok kuntilanak Dam”

Baca juga: Shin Tae-yong Bawa 23 Pemain untuk Piala AFC U-20 2023

Kaget, namun Damar tidak mencoba menanggapi. Ua hanya melihat erik lebih pucat.

Seteguh air dalam botol setidaknya mampu menenangkan Erik. Setelah di rasa cukup dan Erik menjadi lebih tenang, ia bercerita bagaimana ia bisa mlihat makhluk itu.

Damar yang sekarang memimpin, disinilah keanehan itu terjadi. Pos yang seharusnya tidak jauh dari tanah lapang mendadak tidak ada.

Hampir dua jam, Damar dan Erik hanya berada do area itu dan itu terus, hal itu membuat mereka akhirnya berpikr utnuk menginap disana.

Terlepas dari apa yang mereka alami mala mini, mereka memutuskan pasrah. Hingga, terdengar suara langkah kaki menghentak dan sontak membuat mereka terjaga.

Di ikutilah suara ramai itu, disanalah Erik dan Damar melihatnya. Orang-orang berjalan berjejeran, seolah ada sesuatu yang sedang mereka kerjakan. Sampai mata Erik dan Damar tertuju pada barisan paling depan, disanalah mereka baru sadar ada perkuburan mayit.

Untuk apa, orang-orang menguburkan jenazah pada malam buta seperti inui. Setidaknya itu yang Damar dan Erik pikirkan. Sampai baru mereka sadar, bagaimana mungkin ada penguburan jenazah di tengah hutan?

Baca juga: 75 Tahun British Council: Suara Angklung Ridwan Kamil Kuatkan Hubungan Kerja Sama

Keganjilan itu sebenarnya sudah dirasakan sesari awal masuk ke dalam hutan. Mas Damar dan Erik hanya diam sembari memandangi rombongan itu semakin jauh.

Hingga akhirnya, kehadiran mereka benar-benar lenyap di telan kegelapan hutan.

Ditengah perasaan campur aduk itu, tiba-tiba mas Damar mengeluh kesakitan. Sebenarnya, dari tadi mereka berjalan menemouh medan berat itu.

Di bagian selangkangan mas Damar terasa nyeri namun ia mencoba menahannya. Puncaknya, ketika mas Erik mengajak untuk lanjut.

Tiba-tiba mas Damar mengeluh tidak bisa melanjutkannya. Diceritakanlah kondisinya. Dan ketika diperiksa apa yang terjadi, mas Damar tidak mau tau lagi harus bicara bagaimana kondisinya ke mas Erik.

“yo opo mar, isok lanjut ora?” (gimana mar? bisa lanjut atau tidak?)

Mas Damar memanggil Erik, memintanya mendekat sambil menceritakan keluhannya…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Bupati Pangaandaran Buka Perlombaan Regu Pramuka Penggalang Tingkat III

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait