Desa Gondo Mayit, Bagian 13

Horor —Senin, 15 May 2023 13:32
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 13
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- “ASUUUU!!!!” terias mas Erik saat siluet itu melihatnya…

“Lha iku lak si mbah” katanya.

Bukan takut lagi, mas Erik langsung lari, meninggalkan mas Damar yang baru sadar yang dikatakan mas Erik benar sekali. Si mbah yang sedari tadi tersaruk-saruk mengejar mereka.

Di tengah kepanikan itulah, aroma sembujo yang misterius itu tercium lahi, lebih kuat dan mereka berdua bisa menciumnya, sangat jelas.

“Jem88t!! onok opo she ambek alas iki” (J****!!! Ada apa sih dengan hutan ini)

Disitulah mereka entah karena kepepet atau apa, mereka malah mendekat. Mendekat ke sumber aroma sembujo itu yang padahal mereka berdua tau bahwa itu adalah aroma dari Wanggul.

Baca juga: Ridwan Kamil Bertemu Guru ASN Pangandaran, Carikan Solusi Terbaik

Namun, setidaknya aroma itu benar-benar membawa mereka ke jalanan yang tidak asing lagi.

Mas Damar yang mengikuti mas Erik dari belakang hanya mendengar, sekelibet suara, suara meraung, keras seperti suara macan.

Tanpa memperdulikan apapun dan bagaimanapun, tiba-tiba mereka sampai di tempat yang mereka cari selama ini.

Pos kedua, mereka bisa melihat pagar besi, tempat dimana cagar satwa beroperasi. Dengan keringat dingin, mereka mendekat.

Ada sumber cahaya di dalam, di gedorlah pintu dan keluar pemuda setengah bawa, memandang mereka dengan tatapan curiga.

“Sampeyan-sampeyan yang ninggalin KTP di pos 1 yo” (kalian yang ninggalin KTP di pos 1)

Mereka pun mengangguk. Saat itu juga, si petugas melapor.

Tidak ada yang tau satupun dari mereka bila bukan karena si petugas mengatakan sudah 2 hari sejak pencarian mereka di mulai.

“Goblok, nek kate nggok P… lapo lewat kene? Lewat Moj… lak kok isok she” (Bodoh!! Kalau mau naik ke p…. kenapa lewat sini)

Baca juga: SEA Games 2023: 9 Wakil Indonesia Melaju ke Babak Semi Final

(kan bisa lewat Moj……)

Sudah 2 jam mereka di ceramahi oleh pemuda paruh baya out, wajahnya tam[ak sangat seperti sudah lama menahan luapan amarah. Mas Erik dan mas Damar hanya diam mengangguk pasrah sekaligus bingung tidak tau harus mengatakan apa.

Setelah beberapa saat barulah terdengar suara motor mendekat dna yang masuk kemudian adalah seorang pria yang mungkin 10 tahun lebih tua, ia hanya mengenakan kaos kutang dengan sarung di lilitkan di tubuhnya.

Wajahnya tidak kalah sangar, ia menatap mas Erik dan mas Damar.

Kalimat pertama yang ia ucapkan bukan luapan amarah seperti penjaga di pos 2. Tapi hanya pertanyaan yang membuat mas Damar dan mas Erik diam lama.

“Isih urip to awak awak iki? (masih hidup ya kalian kalian ini)

Ia meneguk kopi di meja lalu duduk bersila di depan mereka…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Timnas Indonesia Melaju ke Final, Pantang Menyerah, Kesabaran dan Mental Kuat jadi Kunci

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait