Herawati Diah, Brilian Menjadi Wartawan dan Tangguh Sebagai Aktivis Perempuan

Hiburan —Selasa, 27 Apr 2021 08:23
    Bagikan  
Herawati Diah, Brilian Menjadi Wartawan dan Tangguh Sebagai Aktivis Perempuan
Siti Latifah Herawati Diah atau lebih akrab disapa Herawati Diah adalah salah satu pelopor wartawan perempuan di Indonesia. Ia adalah istri dari tokoh pers yang juga mantan Menteri Penerangan, B.M. Di

DEPOSTPANGANDARAN

Siti Latifah Herawati Diah atau lebih akrab disapa Herawati Diah adalah salah satu pelopor wartawan perempuan di Indonesia. Ia adalah istri dari tokoh pers yang juga mantan Menteri Penerangan, B.M. Diah.

Herawati lahir di Tanjung Pandan, Bangka Belitung pada tanggal 3 April 1917. Adalah anak dari pasangan Raden Latip, seorang dokter yang bekerja di Billiton Maatschappij, dan Siti Alimah. Herawati merupakan Jurnalis perempuan pertama Indonesia yang berhasil meraih pendidikan formal sebagai jurnalis.

Herawati berkesempatan mengecap pendidikan tinggi. Lepas dari Europeesche Lagere School (ELS) di Salemba, Jakarta, ia bersekolah di American High School di Tokyo, Jepang. Setelah itu, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar Sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada tahun 1941.

BACA JUGA: Catatan Sejarah 27 April: Sebuah Bom Meledak di Bandara Soekarno Hatta

Setelah itu, atas dorongan ibunya, Herawati berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar sosiologi di Barnard College yang berafiliasi dengan Universitas Columbia, New York dan lulus pada tahun 1941. Ia pulang ke Indonesia pada 1942 dan kemudian bekerja sebagai wartawan lepas di kantor berita United Press International (UPI). Kemudian ia bergabung sebagai penyiar di radio Hosokyoku.

Herawati pulang ke Indonesia pada 1942 dan mulai bekerja sebagai wartawan lepas untuk United Press International serta penyiar radio Hosokyoku. Pada tahun 1955, Herawati mendirikan The Indonesian Observer, bersama suaminya, B.M. Diah. Surat kabar tersebut merupakan koran berbahasa Inggris pertama di Indonesia. Diterbitkan dan dibagikan pertama kali dalam Konferensi Asia Afrika di Bandung, Jawa barat.

BACA JUGA: Hikayat Bedug, Bermula dari Laksamana Cheng Ho Hingga Jadi Ikon Budaya Islam Nusantara

Sebelum mendirikan surat kabar tersebut, Herawati bersama sang suami BM Diah juga sempat mendirikan Harian Merdeka pada tahun 1945 silam. Mereka menikah pada 1 Oktober 1945. BM Diah juga merupakan salah satu tokoh pers Indonesia dan pernah bekerja di koran Asia Raya.

Sang ibu yang dididik di pesantren pun mendirikan majalah khusus perempuan bertajuk “Doenia Kita” di mana Hera pun sering mengirim tulisan untuk dimuat di majalah tersebut ketika masih studi di Amerika Serikat.

Saat sang suami diangkat sebagai duta besar Cekoslowakia, Inggris, dan Thailand ditambah lagi menjabat sebagai Menteri Penerangan Kabinet Ampera. Herawati pun memiliki peranan baru yaitu mengemban tugas-tugas negara sebagai istri pejabat.

BACA JUGA: Komunitas Motor Klasik bersama Djarum Coklat Bagikan Ratusan Takjil di Padaherang Pangandaran

Herawati dikenal sebagai seorang perintis. Banyak organisasi yang telah didirikannya seperti Komnas Perempuan, Lingkar Budaya Indonesia, dan Gerakan Perempuan Sadar Pemilu. Ia juga membuka taman kanak-anak (TK) untuk anak-anak kurang mampu di bawah naungan Yayasan Bina Carita Indonesia.

Sebagai seorang wartawan perempuan yang sudah menikah, Ia pun concern terhadap hak-hak perempuan. Herawati menemukan beberapa tantangan untuk menyeimbangkan kehidupannya. Baginya, keluarga sama pentingnya dengan karier. Ia pun mengaku merasa beruntung punya suami yang berprofesi serupa karena bisa memahami penyitaan waktu akibat pekerjaannya.

BACA JUGA: Resep Makanan, Cara Membuat Lobster Pangandaran Bumbu Asam Manis

Ia mengkritisi bagaimana pembagian tugas dalam keluarga mempengaruhi karier perempuan, khususnya dalam bidang jurnalistik. Ia mencotohkan, di masyarakat jarang sekali wartawan pria bingung membagi waktu antara mengurus keluarga atau menyelesaikan deadline.

Hal sebaliknya terjadi para perempuan. Padahal, bagi Herawati, bila pembagian tugas dalam keluarga diubah secara mendasar, seorang perempuan bisa dengan tuntas mengejar karier wartawannya.

Sebagai orang media Herawati tahu betul bahwa bisnis media sekarang tak lagi sesederhana tempo dulu. Belakangan di era reformasi, surat kabar baru berhak lahir seperti jamur di musim hujan. Inilah yang membuat Herawati tetap berharap-harap cemas masih adakah pembaca dan peminat lama harian “Merdeka”.

BACA JUGA: Sinopsis Drama Korea Vincenzo Cassano Episode 18, Jan Han Soek Direktur Babel Masuk Penjara

Dan benar saja, setahun paska reformasi harian Merdeka pun berganti tangan pada akhir tahun 1999, sedangkan The Indonesian Observer bertahan hingga tahun 2001. Berjuang lewat media tak kenal lelah dan menurunkan semangatnya. Menurutnya, peran media sangat penting dalam mengisi kemerdekaan.

Dan di usia senja, tokoh wanita pers tiga zaman ini menghabiskan sebagian besar waktu uzurnya di sebuah rumah besar di kawasan elit Taman Patra 10, Kuningan, Jakarta Selatan. Ketiga orang anaknya sudah mandiri semua bahkan sukses dalam kehidupan di dunia masing-masing.

BACA JUGA: Fear Of Abandonment “Kondisi yang Membuat Seseorang Takut Ditinggalkan Oleh Orang Terdekatnya”

Selain di rumah dia masih mempunyai beragam aktivitas luar rumah. Untuk memudahkan segala sesuatunya dia dibantu oleh seorang sekretaris untuk mengatur berbagai pekerjaan dan aktivitas luar rumah sehari-hari. Seperti menghadiri rapat Komnas Perempuan, mengikuti program klub osteoporosis, atau bermain bridge.

Karena termakan usia Herawati pun mulai mengalami gangguan osteoporosis atau perapuhan tulang sehingga memaksanya untuk mengurangi aktivitas fisik. Untuk mengatasi gangguan fisik itu dia masuk menjadi anggota klub kesehatan osteoporosis di Senayan.

Dan tokoh Pers Nasional Herawati Diah pun tutup usia pada tahun 2016 silam. Ia meninggal dunia pada usia 99 tahun, di Rumah Sakit Medistra Jakarta, pada hari Jumat, 30 September 2016. Berkat jasa dan keaktifannya di dunia jurnalistik, Persatuan Wartawan Indonesia menganugerahinya dengan titel Lifetime Achievement Award pada tahun 2011. (EK)

BACA JUGA: Herawati Diah, Brilian Menjadi Wartawan dan Tangguh Sebagai Aktivis Perempuan

Editor: Admin
								
    Bagikan  

Berita Terkait