Cegah Munculnya Hepatitis Akut di Jawa Barat

Berita —Kamis, 19 May 2022 11:32
    Bagikan  
Cegah Munculnya Hepatitis Akut di Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil.* (FOTO: Biro Adpim Jabar)


POSTPANGANDARAN (KOTA BANDUNG),- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil memantau beberapa ruangan termasuk laboratorium Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung guna mengantisipasi fenomena hepatitis akut yang saat ini belum ditemukan di Jabar.

"Saya laporkan di Jawa Barat belum ada (hepatitis akut), dan mudah-mudahan tidak ada.  Masyarakat diimbau yang pertama jangan panik. Seperti biasa kita sudah mengalami jatuh bangun dari pandemi COVID-19. Jaga kebersihan dari mulai diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Tenang saja, negara sudah siap untuk mengatasi jika ada (kasus)," kata Ridwan Kamil di RSHS Bandung, Senin (09/05/2022).

Usai meninjau beberapa ruangan di RSHS, Ridwan Kamil mengungkapkan, pihaknya membentuk tim ahli dari kesehatan untuk mempersiapkan skenario terjitu apabila hepatitis akut sudah terbukti yang orisinal.

"Di Jawa Barat tim ahli sudah dibentuk bersama RSHS. Laboratorium disiapkan untuk mengecek apakah ini kategori hepatitis akut dan lain sebagainya. Saya cek sudah siap, bahkan teknologi molekuler terbaru sudah dimiliki," imbuh Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil.

Pemprov Jabar pun telah menyiapkan ruangan-ruangan di RSHS apabila ada yang suspek hepatitis akut. Penyakit ini menyasar bayi hingga remaja umur 16 tahun.

"Ruangan sudah disiapkan, jaga-jaga kalau ada di Jawa Barat. Dari catatan memang (hepatitis akut) terjadinya di usia bayi sampai 16 tahun. Namun kita belum mengetahui alasan sasaran  di usia tersebut, tapi statisik menunjukkan itu," sebutnya.

"Untuk pencegahan hepatitis yang menular, kuncinya hidup sehat. Kalau penularan lewat pernapasan pakai masker, jaga jarak, kurangi kerumunan, dan jangan saling tukar alat makan. Kalau ada keluarga yang sakit jangan terlalu banyak berinteraksi," tambah Kang Emil.

Selain menyiapkan strategi penanganan hepatitis akut, Kang Emil memastikan pula, bahwa penanganan COVID-19 di Jabar terkendali. Tingkat keterisian rumah sakit 0,8 persen.

"Saya datang ke RSHS juga memastikan kondisi COVID-19. Keterisian rumah sakit di Jabar untuk COVID-19 hanya 0,8 persen. Kasus aktif tersisa 1.500 dari puncaknya ratusan ribu, dan rata-rata sudah banyak yang sembuh. Terbukti seperti di RSHS hanya tiga anak yang diawat akibat COVID-19, dan empat orang dewasa. Jadi minim," tegasnya.

Baca juga: RIP Nida Tangmo, Jasad Artis Cantik Thailand Itu Ditemukan di Sungai Chao Phraya (Bagian 1)

Pembahasan khusus

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), rumah sakit, laboratorium kesehatan daerah, serta dinas kesehatan 27 kabupaten/kota mengantisipasi kemunculan penyakit hepatitis akut misterius yang telah dinyatakan WHO sebagai kasus luar biasa.  

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat Nina Susana Dewi, ada beberapa langkah awal antisipasi yang dilakukan. Pertama dengan surveilans pelaporan satu pintu secara daring melalui surat elektronik yang alamatnya telah dikantongi masing - masing stakeholders.

Kedua, menginventarisasi kemampuan Labkesda atau rumah sakit di kabupaten/kota untuk pemeriksaan diagnosis hepatitis. "Ketiga, kami meningkatkan sosialisasi, komunikasi - informasi - edukasi (KIE), serta menggencarkan gerakan masyarakat hidup sehat," ujar Nina dalam rapat koordinasi daring, Sabtu (07/05/2022).

Keempat, penguatan fasilitas pelayanan kesehatan mulai dari puskesmas hinggga rumah sakit. "Kelima, rumah sakit melakukan setting untuk penanganan kasus hepatitis akut ini," kata Nina.

Nina berharap melalui gerak cepat ini fasilitas pelayanan kesehatan mengantisipasi dan melakukan tindakan preventif melalui sosialisasi dengan menggiatkan germas.

Tak kurang dari 850 praktisi kedokteran membahas khusus kemunculan hepatitis akut misterius ini dalam rapat daring tersebut. Bertindak sebagai narasumber dari IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dr. Anggraini Sp. A. K. Selain Kepala Dinkes Jabar beserta jajaran, hadir juga Kepala Labkesda Provinsi Jawa Barat, kepala dinkes 27 kota/kabupaten, Ketua IDI (Ikatan Dokter Indonesia), Ketua IDAI, Ketua KKP, dan Kepala Labkesda kota/kabupaten.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menegaskan sejauh ini di Jabar belum terlaporkan penyakit tersebut. "Di daerah belum banyak terpantau karena kasusnya memang ada di dunia, di Jakarta ada dan di Jabar belum terpantau laporan yang signifikan," tuturnya.

 Namun demikian, Jabar akan tetap waspada dan mengedukasi warga khususnya orang tua yang memiliki anak-anak agar membiasakan aktivitas sehat untuk menghindari hal yang tidak diinginkan. Seperti sering mencuci tangan, meminum air  dan makanan yang matang dan bersih,  menggunakan alat makan masing-masing, memakai masker, dan menjaga jarak.

"Kita terus edukasi warga khususnya orang tua yang punya anak-anak di pandemi COVID-19 harus waspadai juga sebuah situasi baru terkait hepatitis yang tiba-tiba meningkat. Caranya sama seperti protokol kesehatan COVID-19," jelasnya.

Baca juga: Misteri “Kisah Pocong Ririn”, Baca Bagian 5 Ini

Laporan kasus

Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah menerima laporan pada 5 April 2022 dari Inggris Raya  mengenai 10 kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute hepatitis of unknown  aetiology) pada anak-anak usia 11 bulan-5 tahun pada periode Januari hingga Maret 2022 di  Skotlandia Tengah.

Sejak secara resmi dipublikasikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh WHO  pada tanggal 15 April 2022, jumlah laporan terus bertambah. Per 21 April 2022, tercatat 169 kasus yang dilaporkan di 12 negara.

Kisaran kasus terjadi pada anak usia satu bulan sampai dengan 16 tahun. Sejumlah 17 anak di antaranya memerlukan transplantasi hati, dan 1 kasus dilaporkan meninggal. Gejala klinis  pada kasus yang teridentifikasi adalah hepatitis akut dengan peningkatan enzim hati, sindrom  jaundice akut, dan gejala gastrointestinal seperti nyeri abdomen, diare dan muntah-muntah dan sebagian  besar kasus tidak ditemukan adanya gejala demam.

 Cara mencegah anak-anak dari hepatitis akut di antaranya dengan rutin mencuci tangan dengan sabun.  Selain itu, memakan makanan yang matang dan bersih, tidak bergantian alat makan dengan orang lain.  Juga menghindari kontak dengan orang sakit, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.  Tak hanya itu, sebaiknya mengurangi mobilitas, menggunakan masker jika bepergian, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.* (bersumber dari siaran pers / TISHA S. KANILAH)

Baca juga: Misteri “Kisah Pocong Ririn”, Baca Bagian 4 Ini

 

Editor: Zizi
    Bagikan  

Berita Terkait