Sketsa Rasa, Sajak-sajak Kegelisahan

Hiburan —Sabtu, 8 Jan 2022 09:50
    Bagikan  
Sketsa Rasa, Sajak-sajak Kegelisahan
Sketsa Rasa, Sajak-sajak Kegelisahan- pinterest

POSTPANGANDARAN

SAJAK-SAJAK KEGELISAHAN

Oleh: Amir Machmud NS

 

SIAPA BERANI MENYELINGKUHI LANGIT?

 

runcing hujan menghunjam seperti cucuran tombak

perih merobek langit yang tak siap dikhianati

warna darahkah yang mengucur merah

atau halusinasi dalam lengkung pelangi

 

o, sejuk hujan malah menggurat luka panjang

 

tebal awan menggugat kemasabodohan semesta

: siapa berani menyelingkuhi langit

yang teduh dengan kebiruan

yang lembut dengan putih awan berarakan

yang setia tak terpadamkan

oleh panas, hujan, damai, dan badai

 

kutunggu runcing tajam hujan

agar menghunjam jantung penuh amarah

agar menambal robek luka langit

mengembalikan teduhnya

memulihkan lembutnya

memuliakan kesetiaannya.

(2020)

 

Baca juga: Anak 5 Tahun Dirantai, Polisi Bekuk Pelaku

Baca juga: Curug Layung, Destinasi Wisata Alam Menyegarkan di Bandung

Baca juga: Rambut Nenek Kuliner Tempo Dulu yang Hit Hingga Saat Ini


MEMBACA SUBUH

 

subuh terbaca kelabu

dalam embun yang meriang

kabar itu kaukirim

: tentang akhir perjalanan

kuucap duka, sepenuh muram

mengiringi kepergiannya

 

pagi tiba-tiba merah mengerontang.

(2020)

 

DI LANGIT MURAM

 

kematian mungkin bersilang kisah

antara tangis dan husnul khatimah

mengeja jejak

hingga ke titik akhir perjalanan

 

kau tabur doa dengan ronce ayat suci

lantun yasin menyayat pilu

samar-samar kulihat hadir

utusan di langit muram

 

kau dengar itu kehadiran malaikat yang tak terlihat

kau lihat itu ketakziman lantun doa yang tak terdengar

 

sucikan hati untuk yang mati hari ini

menangislah dalam hikmah

deraslah doa untuk yang pergi

kita muram untuk tak hilang benderang.

(2020)

 

PARTITUR HIDUP

 

hidup hanya partitur

mengusung nada-nada

catatan yang kau bolak-balik

menjadi berlembar ceritera

duka dan suka bergumul mengelindan

 

partitur menanda hidup

mengeja kisah

kadang menertawakan

acap pula mengungkap kesedihan

dengan angka, dengan nada

 

kau rayakan ekspresi di ruang muram

kau merenung sunyi di ruang riang

apa bedanya?

: kau konduktori orkestrasi kehidupan

mengiris-iris

menyayat-nyayat

melompat-lompat

menari-nari

sejuta rasa kita eja

 

saatnya kau hidangkan

tembang penuh rahasia.

(2020)

  

-- Puisi-puisi di atas dinukil dari antologi Kematian, Setiap Kali (2021) karya Amir Machmud NS. Penyair yang juga wartawan itu telah menerbitkan antologi lainnya, Tembang Kegelisahan (2020), Percakapan dengan Candi (2021), dan Dari Peradaban Gunadarma (2021). Puisi-puisi Amir tersebar di berbagai media dan sejumlah antologi bersama. Kini dia sedang menyiapkan antologi Siapkan Pakaian Putihku.

Baca juga: Curug Layung, Destinasi Wisata Alam Menyegarkan di Bandung

Baca juga: Rambut Nenek Kuliner Tempo Dulu yang Hit Hingga Saat Ini


Editor: Ajeng
    Bagikan  

Berita Terkait