Mengintip Cara Pembuatan Hateup Asal Pangandaran yang Hampir Punah

Kerajinan —Senin, 31 May 2021 23:48
    Bagikan  
Mengintip Cara Pembuatan Hateup Asal Pangandaran yang Hampir Punah
Mengintip Cara Pembuatan Hateup Asal Pangandaran yang Hampir Punah (foto: Deni Rudini))

PANGANDARAN, DEPOSTPANGANDARAN

Keberadaan pohon dahon atau nipah di Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat kini sudah mulai sullit ditemukan oleh warga masyarakat, khususnya oleh para pengrajin atau pembuat ngaweulit yang biasa disebut hateup.

Hateup merupakan anyaman daun dahon yang biasanya digunakan untuk atap sahung atau bangunan rumah di perkampungan. Namun, kini masyarakat yang bermukim didaerah pesisir jalur pantai atau muara sungai sudah mulai terlihat langka melakukan tradisi ngaweulit.

Padahal, selain menjadi tradisi, ngaweulit juga merupakan penghasilan bagi warga masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.

Salah seorang pengrajin hateup asal Pangandaran Ratinah mengaku, sebagai pengrajin anyaman daun dahon atau dalam bahasa sunda disebut hateup itu sudah ditekuninya selama 40 tahun.

"Membuat hateup itu merupakan tradisi anak zaman dulu yang terbiasa mandiri membantu meringankan beban kebutuhan orang tua," ujarnya kepada DEPOSTPANGANDARAN, Senin (31/05/2021).

Menurut dia, hateup yang merupakan anyaman daun dahon itu sudah sejak dulu ada dan kerap digunakan sebagai atap rumah warga di pesisir pantai.

"Namun sekarang zaman sudah moderen jadi kebanyakan atap bangunan rumah lebih memilih menggunakan genting," katanya.

BACA JUGA: Izin Polri Keluar, Beckham Makin Termotivasi Menyambut Liga 1

Seiringnya kemajuan zaman, kata Ratinah, saat ini yang masih menekuni sebagai pengrajin hateup di Desanya hanya ada dua orang dan itu pun usianya sudah diatas 50 tahun.

"Sepertinya tradisi membuat hateup atau ngaweulit hanya akan menjadi kenangan dan cerita, karena jarangnya yang bisa melakukan. Padahal untuk pengerjaannya tidak begitu sulit, hanya saja perlu kesabaran, ketekunan dan ketelatenan agar hasilnya maksimal," tuturnya.

Menurut dia, pohon dahon tergolong mudah didapat, hampir dibeberapa Kecamatan yang ada di Kabupaten Pangandaran seperti Kecamatan Kalipucang, Pangandaran, Parigi dan Cijulang.

"Namun saat ini pohon dahon keberadaannya terancam punah karena jarangnya penanaman dilokasi jalur sungai. Padahal keberadaan pohon dahon selain sebagai penyelamat alam juga bernilai ekonomi bagi masyarakat," ucap Ratinah.

Ratinah menjelaskan, untuk harga satu lembar hateup yang siap pakai dijual kisaran Rp1.500 dari pengrajin, sedangkan dari pengepul atau bakul dijual seharga Rp 2 ribu kepada konsumen.

"Biasanya saya mendapatkan pesanan hateup dari bakul dan ada juga yang langsung dari perorangan, namun sekarang sudah jarang yang pesan," tutupnya. (Deni)

BACA JUGA: TC Timnas Indonesia di Dubai Sudah Selesai, Fokus Hadapi Kualifikasi Piala Dunia 2022

Editor: Riyan
    Bagikan  

Berita Terkait