Orang yang Berlebihan Menyeprotkan Parfum di Tubuhnya, Cenderung Mengalami Depresi

Kesehatan —Kamis, 27 May 2021 10:34
    Bagikan  
 Orang yang Berlebihan Menyeprotkan Parfum di Tubuhnya, Cenderung  Mengalami Depresi
pinterest

PANGANDARAN,DEPOSTPANGANDARAN

Siapa sangka di balik semerbak parfum tersembunyi perasaan tertekan. Ya, pakai parfum secara berlebihan bisa jadi tanda depresi.

Untuk aktivitas sehari-hari, parfum atau jenis wewangian lainnya diandalkan untuk menambah keharuman tubuh. Namun, jika pemakaian parfum tersebut berlebihan, siapa sangka di balik semerbaknya terdapat tanda perasaan tertekan atau depresi di sana.

Faktanya, parfum tak hanya digunakan sebagai pengharum tubuh, tetapi mungkin juga aroma identitas pemakainya, baik pria maupun wanita. Nah, menurut sebuah penelitian, orang yang menyemprotkan parfum di tubuhnya terlalu berlebihan, ada kemungkinan ia tak sadar bahwa dirinya tengah dilanda depresi.

KAITAN ANTARA PEMAKAI PARFUM DAN DEPRESI

Pertama-tama, ketahuilah bahwa depresi merupakan suatu gangguan mental yang sering disepelekan. Padahal, jika tidak ditangani dengan tepat, depresi bisa berujung pada menyakiti diri, hingga percobaan bunuh diri. Cara paling efektif untuk mengatasi depresi adalah diagnosis tahap awal, sehingga penderita bisa mendapat terapi yang tepat agar tak berujung pada bunuh diri.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Universitas Tel Aviv, Israel, menunjukkan adanya hubungan antara depresi dan kelenjar penciuman. Penelitian yang diterbitkan di jurnal “Arthritis and Rheumatism” ini memperlihatkan penurunan fungsi indra pencium pada wanita, sehingga membuat mereka menyemprotkan parfum lebih banyak.

Baca juga: Resep Masakan,Cara Membuat Balakutak yang Empuk dan Gurih khas Cirebon

Wanita yang depresi juga mengalami penurunan berat badan. Ketika indra pencium mengalami penurunan fungsi, mereka juga akan mengalami penurunan nafsu makan.

Depresi juga dipercaya memiliki akar biologis dan mungkin merupakan respons sistem kekebalan tubuh akan isyarat fisiologi tertentu. Banyak pasien dengan penyakit autoimun seperti lupus juga mengalami depresi. Depresi di sini bukan hanya karena perasaan emosional akibat memiliki penyakit, tetapi juga disebabkan oleh penyebab biologis.

DEPRESI BISA BERAKAR DARI PSIKOLOGI

Pada penderita penyakit autoimun seperti lupus, artritis, dan reumatik, terdapat sebuah partikel yang disebut sebagai autoantibodi yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Partikel tersebut muncul pada tubuh sebagai reaksi yang menyimpang pada penyakit autoimun. Ketika partikel autoantibodi dihasilkan, indra pencium akan melemah dan dapat menyebabkan depresi.

Penderita depresi memberikan respons yang baik terhadap aromaterapi. Aroma tertentu akan membantu mereka mengatasi efek faktor biologis. Hal ini menunjukkan bahwa depresi mungkin memiliki penyebab biologis.

Penggunaan aromaterapi untuk mengobati penyakit organik sudah digunakan sejak zaman Mesir dahulu. Tes bau atau smell test dapat dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis depresi ataupun penyakit autoimun.

Penelitian lain mempertanyakan apakah depresi adalah hasil dari berkurangnya kemampuan indra penciuman, bukan sebaliknya. Ini karena depresi ini juga terkait dengan penurunan berat badan akibat hilangnya nafsu makan.

Para ilmuwan juga menggunakan elektroda untuk memastikan bahwa otak seseorang yang depresi memang menurun responsnya terhadap bau. Mereka juga menggunakan aroma dengan konsentrasi lebih kuat untuk mengetes penderita depresi.

Baca juga: Ini dia Tempat Wisata Yang Wajib Anda Kunjungi Ketika Berlibur di Jawa Barat

CARA MENGENALI DEPRESI

Depresi dapat bertahan dalam jangka waktu singkat (mis. beberapa minggu) atau jangka panjang dan menahun. Wajar jika sesekali Anda merasa sedih, kesepian, atau tak berdaya, terutama setelah kehilangan seseorang atau mengalami masa-masa sulit. Namun, terkadang kesedihan yang “normal” dapat menjadi depresi yang bermasalah. Jika tidak ditangani, depresi dapat tetap terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan bahkan mengancam jiwa.

 Depresi merupakan kondisi medis yang membuat otak tidak dapat mengelola emosi. Setiap orang memang terkadang merasa sedih, tetapi penderita depresi sering mengalami emosi-emosi tertentu atau gabungannya. Jika Anda merasakan emosi-emosi ini, atau emosi-emosi tersebut membuat Anda tidak bisa beraktivitas normal, penting bagi Anda untuk segera mencari bantuan. Beberapa emosi yang dirasakan saat mengalami depresi, di antaranya adalah:[1]

. kesedihan. Apakah Anda sering merasa sedih atau tidak bersemangat?

  • Kehampaan atau mati rasa. Apakah Anda sering merasa seperti tidak memiliki emosi sama sekali, atau kesulitan merasakan apa pun?
  • Ketidakberdayaan. Apakah Anda pernah terdorong untuk “menyerah”, atau kesulitan melihat perbaikan dalam hidup? Apakah Anda menjadi sosok yang lebih pesimis sejak diduga mengalami depresi?
  • Rasa bersalah.Apakah Anda sering merasa bersalah untuk alasan yang tidak jelas (atau setidaknya, alasan yang tidak signifikan). Apakah rasa bersalah tersebut tetap ada dan membuat Anda sulit berkonsentrasi atau menikmati hidup?
  • Ketidakberhargaan. Apakah Anda merasa tidak berharga?
  • Kekesalan. Apakah Anda sering membentak orang lain atau bertengkar tanpa alasan yang jelas? Kesabaran yang pendek merupakan contoh perubahan suasana hati yang biasanya disebabkan oleh depresi, terutama di kalangan pria dan remaja.[2]
  • Rasa lesu. Apakah Anda sering merasa lelah, tidak bisa menyelesaikan pekerjaan sehari-hari atau berkonsentrasi, serta cenderung menghindari gerakan aktif?
  • Ketidakmampuan memilih. Apakah Anda sering kesulitan membuat keputusan kecil? Apakah Anda merasa kewalahan dan tidak berdaya saat harus membuat keputusan?

 

 

Editor: Rony
    Bagikan  

Berita Terkait