Mengenal Belangar, Budaya Melayat dari Lombok

Pendidikan —Selasa, 22 Nov 2022 16:34
    Bagikan  
Mengenal Belangar, Budaya Melayat dari Lombok
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Belangar adalah Bahasa sasak yang jika diartka ke Bahasa Indonesia adalah Melayat orang yang meninggal dunia. Belangar adalah salah satu budaya dari Lombok.

Disaat seseorang dinyatakan meninggal dunia, maka sesegera mungkin akan diumumkan di masjid melalui pengeras suara.

Setelah jenazah disemayamkan oleh keluarga, kerabat dan tetangga, maka mereka akan mendatangi rumah duka untuk merundinkan pemakaman. Di sisi lain, para anak muda akan sesegra mungkin mengupayakan bamboo untuk dijadikan keranda mayat.

Keluarga terdekat, dan kerabat yang wanita akan datang dengan membawa baskom yang berisi beras yang disebut “Beras Pelangar” dan nantinya beras itu akan dijadikan kue untuk selama acara pembacaan doa selama seminggu.

Sementara lelaki akan menyumbangkan sejumlah uang yang dimasukan ke dalam amplop untuk biaya acara selamatan nantinya yang digelar oleh piha keluarga selesai jenaah dimakamnkan.

Ritual acara setelah pemakaman jenazah biasanya berlagsung satu hari setelah pemakaman yang biasa dilakukan oleh Suku Sasak atau orang Lombok pada umunya melakukan zikiran selama satu minggu yang dilakukan sehabis solat Isya.

Baca juga: Resep Sate Asin Pedas

Para keluarga dan tetangga terdekat akan datang berbondong-bondong ke tempat keluarga jenazah. Hidangan setelah selesai acara zikira biasanya sangat sederhana. Berupa kue yang dibuat dari olahan beras pelangar dan kopi atau teh.

Tidak hanya itu, biasanya ada acaa selamatan dengan pembacaan doa untuk 3 hari setelah jenazah meninggal dunia yaituacara “Nelong” atau telu yang artinya tiga. Acara ini biasanya dilakukan ada siang hard an mengundang keluarga dan tetangga terdekat.

Lalu, ada juga acara berikutnya setelah sembilhan hari pemakaman yaitu acara “Nyiwak” siwak atau Sembilan. Acara ini sedikit lebih besar dari acara “Nelong” karena akan mengundang kelurga dan kerabat jauh. Acara ini biasanya dilakukan dengan kesepakatan keluarga. Bisa besar atau tergantung keputusan keluarga.

Selanjutnya, ada acara memperingati 40 Hari dari penguburan yag disebut “Metangdase” atau 40 hari. Acara ini tidak jauh beda denga acara “Nelong” yang digelar tidak begitu meriah dan hanya mengundang keluarga dan tetangga terdekat saja.

Terakhir, ada acara “Natus” untuk merayakan hari keseratus hari setelah dikuburkan dan acara “Nyiu” atau 1000 hari. –zz-  

 

Baca juga: Cerita Pocong Keliling, Bagian 3

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait