Gereja Kayutangan, Saksi Bisu Eksistensi Umat Katolik

Pendidikan —Jumat, 7 Oct 2022 17:49
    Bagikan  
Gereja Kayutangan, Saksi Bisu Eksistensi Umat Katolik
Gereja Kayutangan.*(FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Gereja Kayutangan adalah saksi bisu eksistensi umat Katolik di Kota Malang.

Gereja Kayutangan memiliki nama resmi Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, yang merupakan salah satu gereja tertua di Kota Malang selain GPIB Immanuel. Gereja ini disebut Gereja Kayutangan karena terletak di Jalan Kayutangan, kawasan paling bersejarah di Kota Malang.

Banyak kisah dan peristiwa bersejarah yang mengiringi tahun dan tahun dari eksistensi gereja tersebut dan juga umat Katolik yang hidup disana.

Beridiri sejak tahun 1905, bangunan gereja ini memiliki arsitektur khas neo-gothic seperti kebanyakan gereja di Eropa yang menjadi trend ditahun tersebut. Tidak aneh jika bangunan gereja ini memiliki daya Tarik bagi umat Katolik dari berbagai daerah di Indonesia. Bahkan tak jarang banyak turis mancanegara yang sering plesiran ke kota Malang ini.

Secara tidak langsung, Gereja Kayutangan memiliki hubungan erat dengan sejarah perkembangan arsitektur era Kolonial Hindia-Belanda di Indonesia. Gereja ini termasuk golongan bangunan yang dibangun oleh arsitek Belanda di tahun 1900-1915.banguna ini masih satu golongan dengan Javasche Bank yang kini menjadi Bank Indonesia yang didirkan pada tahun 194 dan Palace Hotel yang kini menjadi hotel Pelangi yang dibangun pada 1916.

Arsitektur yang merancang Gereja Kayutangan adalah Marius J. Hulswit yang merupakan seorang pelopor arsitektur colonial modern di Hindia-Belanda sesudah tahun 1900. Hulswit juga adalah seorang murid arsitekt Neo-Gothik di Belanda. Hal itu membuat tak heran jika Gereja Kayutangan memiliki gaya aristektur Neo-Gothik.

Baca juga: Khasiat dan Efek dari Susu Murni

Kendati tidak semegah gereja Neo-gothik lain yang ada di Eropa, Gereja ini tetap memiliki karakteristik kuat yang sengaja diciptakan Hulswit. Terlihat pada stuktur gedung yang tinggi denga  kerangka kokoh pada dinding dana tap yang berfungsi sebagai penutup. Gereja ini memiliki jendela dan pintu yang besar pada dinding yang dibangun dengan kontruksi skelet. Hal itu terlihat pada tembok luar gereja yang ditopang tiang penyangga dinding yang berbentuk persegi.

Nilai sejarah dari Gereja Kayutangan tidak bisa dilepaskan dari eksisnya Umat Katolik sejak masa colonial Belanda di Kota Malang. Tahun 1907, hadir Paroki Hati Kudus Yesus (HKY) yang dipimpin oleh Romo Godefriedus Daniel Augustinus Jonckbloet.

Pada awalnya, Parkoi belum punya gereja sendiri dan harus menumpang di sebuah pendopo Kabupaten Malang untuk bisa melakukan kegiatan keagamaan. Saat itu, pendopo memiliki fungsi ganda sebagai gereja katolik lengkap dengan prgel, kamar pengakuan dosa, mimbar dan bangku komuni.

Sejarah Gereja Kayutangan semuanya tercatat lengkap di buku kenangan perayaan 100 tahun HKY Kayutangan. Hingga saat ini, gereka ini masih berdiri kokoh dan menantang perkembangan Kota Malang yang semakin menggila.

Gereja ini pun menjadi ikon tersendiri bagi ota Malang. –zz-

 

Baca juga: Jangan Buka Pintunya!

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait