PUISI-PUISI CANDI
Amir Machmud NS
MENGANTAR MATAHARI
DI GEDONG SANGA
kau tibalah sebelum matahari lahir
di horison timur, sempurna menyambutnya
kau tunggulah sampai matahari melingsir
di cakrawala barat, sempurna kau mengantarnya
di Gedong Sanga
cahaya tak memadamkan sejuk
dingin itulah estetikanya
menemani angin setia
sepoi membasuh hati
di pelataran suci kita berselfie
mengabadikan masa silam
di latar belakang tertangkap cantik
pucuk-pucuk syahdu pemujaan
anggitan anggun Wangsa Syailendra
gerimis tak menepikan kehangatan
bercengkerama dengan angin
jauh di bawah sana
tertangkup suasana
kita sedang di puncak rasa.
(2020)
Baca juga: Polisi Undi Doorprize Vaksinasi 27 Unit Sepeda Motor
Baca juga: Telaga Saat, Keindahan Alam di Antara Gunung Kencana dan Gunung Gede Pangrango
Baca juga: 6 Zodiak Beruntung Bak Ketiban Durian Runtuh di Awal tahun 2022
TEDUH BEBATUAN CANDI IJO
bertamu ke altarmu
di dingin hijau
wajah teduh bebatuan
di ketinggian bukit
membahasakan narasi pesan
bersemadilah dalam khusyuk jiwa
di ketinggian candi
masih terlipat misteri
prasasti yang belum terbaca hati
di ruang kemuliaan
penanda kuat melekat
lingga dan yoni
penyatuan Siwa dan Parwati
bermesra di senyapmu
melaut getar rasa
mata menapak ke satu per satu tangga
menyiratkan luap rindu
ada masa lalu yang menuntun cahaya
mengetuk pintu swarga.
(2020)
--- Dua puisi di atas merupakan bagian dari puisi-puisi Amir Machmud NS dalam antologi Percakapan dengan Candi (2021). Penyair dan wartawan asal Semarang itu telah menerbitkan tiga antologi lainnya, yakni Tembang Kegelisahan (2020), Kematian, Setiap Kali (2021), dan Dari Perdaban Gunadarma (2021). Puisi-puisi Amir tersebar di sejumlah media dan beberapa antologi bersama.
Baca juga: Telaga Saat, Keindahan Alam di Antara Gunung Kencana dan Gunung Gede Pangrango
Baca juga: 6 Zodiak Beruntung Bak Ketiban Durian Runtuh di Awal tahun 2022