'5G' Teknologi Nirkabel Generasi Kelima yang Akan Merubah Masa Depan

Berita —Sabtu, 16 Oct 2021 12:17
    Bagikan  
'5G' Teknologi Nirkabel Generasi Kelima yang Akan Merubah Masa Depan
'5G' Teknologi Nirkabel Generasi Kelima yang Akan Merubah Masa Depan/ pinterest

POSTPANGANDARAN

PWI Pusat bekerja sama dengan PT Astra, kembali menggelar Safari Jurnalistik Batch 3, Rabu (13/10/2021). Acara ini dibuka Ketua Umum PWI Pusat, Atal S Depari.

Dilansir dari suarabaru.id Para pembicara yang hadir di antaranya, Ketua KPI, Agung Suprio, Ketua ATVSI, Syafril Nasution, Ketua ATVLI, Bambang Santoso, dan pengamat televisi Apni Jaya Putra, dengan dimoderatori Ahmed Kurnia, yang merupakan Direktur Sekolah Jurnalisme Indonesia.

Safari Jurnalistik yang dilaksanakan secara daring itu, kali ini mengambil tema ‘Masa Depan Free to Air di Era Digital dan 5G’.

Atal dalam sambutannya menjelaskan, teknologi 5G terus disuarakan PWI, karena dianggap sangat penting. Teknologi nirkabel ini merupakan generasi kelima yang akan sangat mengubah landscape digital ke depan.

Baca juga: Inilah 11 Kampus Terbaik di Indonesia Versi Qs World University Ranking 2022

Baca juga: Sketsa Rasa - Merapi Lewat Kearifan yang Terbaca

”Ketika 60 tahun lalu televisi tiba di rumah kita, konten disiarkan oleh sejumlah kecil stasiun TV yang mengontrol akses ke gelombang udara. Namun sekarang televisi berkembang pesat, menjadi sangat luas dan beragam secara langsung maupun demand, yang didukung teknologi broadband,” ujar dia.

Ditambahkannya, wartawan harus bersiap memanfaatkan peluang-peluang yang ada melalui teknologi 5G. Sembari tentunya meng-upgrade diri untuk meraih kesempatan-kesempatan yang terbuka lebar, kala inovasi teknologi 5G seperti migrasi siaran televisi terestrial dari analog ke digital, pada 2022 mendatang.

”Ini suka atau tidak suka kita telah masuk dunia digitalisasi. Dengan hadirnya teknologi 5G, akan membuka banyak peluang sekaligus tantangan bagi wartawan dan masyarakat,” terang Atal, yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum Siwo Pusat

Baca juga: Waduh ! Banyak Sampah Tisu Magic dan Bekas Kemasan Obat Komix di Pintu Masuk Karangtirta

Baca juga: Puluhan Transgender di Kota Banjar Datangi Kantor Disdukcapil, Mau Apa Ya?

Lahirnya banyak televisi digital, imbuhnya, akan butuh banyak SDM kapabel dan kompeten. Lebih penting lagi media TV akan butuh konten unik dan spesifik, yang menyasar wilayah dan komunitas tertentu.

”Maka siapa pun yang mengedepankan keberagaman, lokalitas dan edukasi, akan memenangkan persaingan ini. Program itu dibutuhkan pemirsa, dan TV butuh mengisi slotnya masing-masing,” sambungnya.

Sedangkan Ketua KPI Pusat, Agung Suprio menyatakan, masyarakat termasuk insan pers, harus mulai bersiap dengan peralihan ke siaran digital. ”Kami juga meminta masyarakat mulai memahami sistem siaran digital, serta apa saja manfaat yang akan mereka peroleh,” tekan Agung.

Menurutnya, migrasi digitalisasi merupakan keniscayaan, sehingga media televisi pun dipaksa untuk terus berinovasi.

Baca juga: Waduh ! Banyak Sampah Tisu Magic dan Bekas Kemasan Obat Komix di Pintu Masuk Karangtirta

Baca juga: Puluhan Transgender di Kota Banjar Datangi Kantor Disdukcapil, Mau Apa Ya?

”Kaum milenial, bahkan anak usia 11 tahun, cenderung mengonsumsi konten melalui smartphone. Mereka sudah jarang menonton TV, dan menangis kalau handphone-nya diambil,” ujar Agung.

Dilanjutkannya, mereka ingin mengendalikan konten melalui smartphone. Inilah perubahan perilaku yang membuat TV free to air, ditinggalkan penontonnya, walaupun secara subjektif kaum perempuan tetap suka nonton TV Free to air, seperti sinetron.

 Diharapkan dia, agar free to air digital di Indonesia, segera bisa dinikmati secara gratis oleh masyarakat seperti di Jerman. ”Ini demi menyesuaikan kebiasaan milenial melalui perubahan perilaku mereka, seperti yang terjadi di Jerman,” jelasnya.

 Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI), Syafri Nasution menyebutkan, stasiun TV pada umumnya telah siap dengan peralihan siaran ke digital.

Bahkan sebagian anggota ATVSI secara bertahap sudah memulainya. Sehingga pada waktu yang ditentukan yakni pada 2 November 2022, seluruh siaran televisi berbasis analog, betul-betul stop.

Baca juga: Waduh ! Banyak Sampah Tisu Magic dan Bekas Kemasan Obat Komix di Pintu Masuk Karangtirta

Baca juga: Puluhan Transgender di Kota Banjar Datangi Kantor Disdukcapil, Mau Apa Ya?

 ”Kami sudah memiliki infrastruktur dan tenaga kerja sumber daya manusia di setiap wilayah siaran. Contoh saja di RCTI, sudah ada infrastruktur dari Aceh hingga Papua. Namun dari pelaksanaan ASO ini, kami tidak mendapatkan semua provinsi,” ungkapnya.

 Sehingga, lanjut Syafri, begitu banyaknya investasi yang sudah dilakukannya, baik itu untuk peralatan bangunan, tanah, dan terutama SDM-nya akan mubazir.

Dari sisi TV lokal, Ketua Umum Asosiasi Televisi Lokal Indonesia (ATVLI), Bambang Santoso mengharapkan, perlakuan sama dengan TV Nasional, agar tetap bisa eksis ke depannya.

 ”Ada tiga hal yang harus dilakukan pemerintah. Pertama harus mendapat regulasi yang jelas. Kedua, TV lokal harus mendapatkan perlakuan sama, tidak bisa dibedakan karena akan semakin menggerus dan menyulitkan. Ketiga, perlindungan investasi jadi tidak hanya TV besar, tapi semua media cetak juga,” paparnya.

 Tantangan TV lokal, menurut Bambang cenderung teknis, karena akan menjadi broadcaster kedua secara konten, dan ketiga terkait bisnis.

”Namun menyikapi perubahan ini, ATVLI sudah menyiapkan satu skim yang namanya TVLI Channel, untuk berdayakan dan menyatukan TV-TV lokal,” bebernya.

 Terkait hal itu, pengamat televisi, Apni Putra Jaya menuturkan, ketika proses migrasi berjalan, maka yang memenangi kompetisi di antara televisi maupun media adalah pemilik konten yang menarik.

Baca juga: Waduh ! Banyak Sampah Tisu Magic dan Bekas Kemasan Obat Komix di Pintu Masuk Karangtirta

Baca juga: Puluhan Transgender di Kota Banjar Datangi Kantor Disdukcapil, Mau Apa Ya?

 ”Siapa yang akan menang dari seluruh proses kompetisi ini? Mereka yang memegang konten kawan-kawan. Pada saat ini content and game sudah tidak terlihat lagi siapa pemain global dan lokal. Akan terjadi banyak partnership, akan ada akuisisi arus modal dari luar, dan jalur distribusi di broadband,” jelasnya.

Dia juga meminta, agar masyarakat mendukung upaya migrasi ke TV digital, agar pembangunan infrastruktur internet dengan kecepatan tinggi dapat segera terlaksana./ suarabaru

Baca juga: Waduh ! Banyak Sampah Tisu Magic dan Bekas Kemasan Obat Komix di Pintu Masuk Karangtirta

Baca juga: Puluhan Transgender di Kota Banjar Datangi Kantor Disdukcapil, Mau Apa Ya?


Editor: Ajeng
								
    Bagikan  

Berita Terkait