Sejumlah Produsen Tahu di Bandung Melakukan Mogok Produksi

Berita —Minggu, 30 May 2021 18:35
    Bagikan  
Sejumlah Produsen Tahu  di Bandung Melakukan Mogok Produksi
Wakil Walikota Bandung Yana Mulyana dan Kadisdagin Kota Bandung Elly Wasliah meninjau Pabrik Tahu Talaga Yun Sen. (Humas Pemkot Bandung)
BANDUNG, DEPOSTPANGANDARAN.COM.-

Sejumlah produsen tahu di Kota Bandung melakukan mogok produksi. Hal itu karena harga bahan baku tahu yaitu kacang kedelai yang mengalami kenaikan. Sehingga, mereka mengaku merugi dengan produksi saat ini.

Untuk menjaga agar produksi tahu tetap ada, Wakil Walikota Bandung, Yana Mulyana, meninjau produsen tahu yang masih beroperasi di saat produsen tahu melakukan mogok produksi selama tiga hari, pada 28 hingga 30 Mei 2021. 

Peninjauan tersebut dilakukan di Pabrik Tahu Talaga Yun Sen. Turut mendampingi Yana, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung, Elly Wasliah.

Yana mengatakan, tempat tersebut masih berproduksi dengan alasan memenuhi komitmen pesanan konsumen dari luar Kota Bandung. "Jadi, produksinya juga terbatas, bukan berarti tidak solider," kata Yana, usai peninjauan.


Menurut Yana, tempat produksi tahu semua rata-rata tutup. Jadi, ini juga bukan tidak solider, tapi karena ada komitmen terutama ke Jakarta. Pesanan-pesanan dari pelanggannya. Sedangkan ke pasaran juga tetap tidak bisa memenuhi.

Berdasarkan laporan, Yana mengatakan ketersediaan stok kedelai impor itu ada. Namun, harganya mengalami kenaikan dari tren harga global di luar negeri.

"Karena Amerika sebagai penghasil kedelai utama dunia itu belum panen. Berdasarkan informasi, ada pesanan yang luar biasa dari China ke Amerika itu sangat banyak. Ini juga mungkin supply demand, sehingga harga globalnya naik," tuturnya.

Dikatakan Yana, hal tersebut merupakan siklus yang terus berulang. Ia pun berpikir salah satu solusinya harus bisa swasembada. Karena harga kedelai lokal lebih mahal dibanding kedelai impor.

"Karena paling kita 5 persen produk lokal, 95 persen dari luar negeri. Itu pasti siklus seperti ini bisa berulang, karena kita sangat bergantung dari pihak luar. Tapi itu kebijakannya dari pusat," ucapnya.


Sementara itu, Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah mengatakan, terkait swasembada kedelai, Ia pun berharap Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementrian Pertanian sudah bisa ke arah sana, minimal dapat mengurangi impor.

"Harga (kedelai) lokal yang lebih mahal karena mungkin dari aspek produksinya, biaya produksi lebih mahal, tapi jelas karena kami bukan sentra produksi kedelai lokal, kedelai lokal itu dari Madiun," katanya.

"Dari Madiun ini adalah organik, harganya lebih mahal karena bisa dibilang lebih sehat. Untuk yang impor di sini (Pabrik Tahu Talaga), tahunya dijual Rp 3.500, sedangkan yang organik Rp 5.500 jadi beda Rp 2.000," ucapnya. (Boim)
Editor: Lucky
								
    Bagikan  

Berita Terkait