Kisah Sewu Dino, Bagian 4

Horror —Senin, 10 Oct 2022 11:12
    Bagikan  
Kisah Sewu Dino, Bagian 4
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Ada sebuah mobil yang siap mengatar mereka. Di sana, ada sopir yang akan menjelaskan pekerjaan mereka.

Mobil sudah berjalan. Sri, Erna dan Dini masih merasa kaget. Satu sama lainnya tidak ada yang bicara, bingung. Sri akhirnya memberanikan diri bertanya kepada sopir.  Namun sopir mereka memberikan isyarat bahwa mereka tidak boleh berbicara terlebih dahulu.  Seakan-akan mereka sedang dibuntuti sesuatu.

Ada satu kejadian yang membuat Sri semakin curiga. Di setiap persimpangan, si sopir berhenti, mengambil sesuatu dari belakang dan meletakannya di tengah jalan. Seperti bunga-bunga di dalam kotak yang terbuat dari daun pisang. Hal ini sebenarnya pernah Sri lakukan.

Hal ini terus menerus dilakukan. Sampai akhirnya, mobil sudah meninggalkan kota, jauh dan perlahan mulai memasuki area hutan. Jam menunjukan pukul 12 malam. Saat kegelapan hutan mulai menyelimuti mereka. Tidak terbayangkan, bahwa mereka akan tinggal di dalam hutan segelap ini.

Kiri kanan hanya pepohonan dan semak belukar. Mobil terus berjalan sampai tiba di sebuah jalan setapak. Perlahan. Mobil melesat masuk, di atas jalan setapak yang ditumbuhi rumputan liar, mobil terus menerobos memaksa masuk.

Sri dan yang lain makin merasa tidak nyaman. “Pak bade ten pundi niki, kulo moten di pateni kan? (pak, kita mau kemana, saya tidak akan dibunuh kan?),” tanya Dini. 

Baca juga: Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Begini Sejarahnya

Si sopir hanya tersenyum.  Ia tetap memaksa mobil menembus sela pepohonan seakan mencari jalan di tengah gelap hutan yang dipenuhi kabut sepanjang jalan.

Setelah jauh masuk ke dalam hutan, mobil berhenti di sebuah semak dan pohon yang tidak lagi bisa dilalui mobil. Ada kejadian aneh lagi.  Ada satu pohon yang tidak terlalu besar, tumbang begitu saja. Si sopir keluar mobil, menyingkirkannya dan kembali jalan.

Setelah melewati jalan yang naik turun, mereka akhirnya sampai di sebuah rumah gubuk. Yang terbuat dari kayu yang disusun serampangan.  Atapnya tidak terlalu tinggi, terlihat kumuh bahkan lebih kumuh dari rumah Sri. Di sini, muncul seorang pria tua yang sudah menunggu mereka semua.

Sri dan yang lainnya turun. Bapak itu sudah uzur, bahkan cara berjalannya saja seperti kewalahan menyangga badannya sendiri. Ia tidak banyak bicara. Hanya memperkenalkan namanya, Pak Ageng.

Ia mengajak Sri dan yang lainnya untuk masuk ke rumah itu. Dan menuntun mereka masuk ke dalam kamar. Disanalah, Sri dan yang lain kaget bukan main. Karena, tepat di atas ranjang ada sebuah peti mati, keranda mayat.  Didalamnya ada seorang gadis yang mungkin masih SMA, masih sangat muda sedang memejamkan matanya. Di badannya, dia melihat nanah busuk dan garis lebam hitam.

Siapa? Tanya Sri dan yang lainnya di dalam hati. Siapakah wanita itu? Mengapa Sri dan yang lain harus berada di tempat itu?* (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Menikmati Sensasi Kolam Air Panas dan Camping di Hejo Forest

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait