Desa Gondo Mayit, Bagian 2

Horor —Kamis, 23 Feb 2023 13:53
    Bagikan  
Desa Gondo Mayit, Bagian 2
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- “Rik, Rik” panggilnya. Erik mendekat, menatap Damar yang mencari-cari pandang.

“opo?” (apa)

“pitik” “pitik” (ayam) kata Erik mengulangi.

“krungu ora,nonok suoro pitik” (dengar tidak ada suara ayam)

Erik diam, mencoba mencuri dengar apa yang Damar dengar. Namun, Erik menegaskan bahwa tidak ada suara apapun kecuali angina yang berhembus di sela dedaunan.

“ora onok” (gak ada)

Mereka berpandangan untuk sepersekian detik. Kemudian, melangkah cepat-cepat.

Baca juga: Daftar 21 Pemain Persib Untuk Laga Kontra Arema FC

Ada hal-hal yang tidak sepatutnya di ucapkan atau di dengarkan. Salah satunya adalah suara ayam.

Mendegar suara ayam seperti pertanda siak bagi siapapun yang mendengarnya, terlebih di tempat ini.

Damar dan Erik memikirkan hal yang sama. “Kuntilanak” meski kalimat itu tidak di ucapkan, namun mereka sama mengerti satu sama lain.

Yang menjadi pertanyaannya adalah, suara ayam yang di dengar Damar dan tidak di dengar Erik, menegaskan sesuatu.

Salah satu dari mereka, sudah di incar sedari tadi.

Degup jantung dan suara nafas teregah-engah menegaskan bahwa mereka sudah berjalan lebih jauh. Berfikir bahwa mereka sudah aman, Erik lah yang kemudian mengatakannya,

“janc*k!! ambu sembujo” (sialan, bau bunga sembujo)

Mereka bertukar tatap. Tidak ada yang tidak mengerti seperti Damar, umpatan atau kalimat tidak pantasnya biasanya menegaskan perasaan ketakutan, dan itu cara Erik untuk menekannya.

Baca juga: Cegah Penularan Penyakit Hewan, Bandung Gelar Vaksin Rabies Gratis

Namun, terkadang Damar merasa hal itu bisa mendatangkan hal sebaiknya. Kadang, dunia mereka menangkap pesan berbeda.

Benar saja, suara ayam, bebauan bunga kemudian berujung pada sosok di balik semak belukar, Erik lah yang pertama tau. Namun, keinginan untuk memanggil Damar yang ijin untuk membuang air kecil, mendayangkan rasa penasaran yang besar.

Erik mengintip sosok asing itu. Sosoknya tinggi, setinggi Erik. Ia berdiri dibawah pohon rindang, berdiri begitu saja. Mengenakan baju yang terlihat seperti kain, warnanya mencolok dengan kegelapan hutan, putih.

Erik terus melihat, tatapannya terkunci pada kepalanya, yang sedari tadi tergedek ke kiri dan kanan.

Setelah beberapa saat, barulah Erik mengerti, kepalanya tergedek bukan karena sebab. Melainkan, tepat di lehernya, rupanya menahan berat kepalanya, apalgi bila lehernya patah.

Saat itu, Erik sadar, sedari tadi ia melihat sosok kuntilanak yang sering ia dengar ada di hutan.

Umumnya, memang sering terdengar bahwa penghuni atau penunggu di dalam hutan adalah korban-korban kecelakaan atau bencana-bencana yang tidak umum.

Kini, setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri, Erik akhirnya tay bahwa mereka memang nyata.

Damar sudah kembali, mereka pun melanjutkan perjalanan. Rencananya sendiri, mereka harus sudah menempuh setengah dari jalur pendakian, yang menurut Damar, bila di lihat dari lama jam mereka berjalan, tidak jauh lagi…

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Cegah Perundungan di Sekolah, Ridwan Kamil Luncurkan Program Stopper Jabar

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait