Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 28

Horor —Kamis, 12 Jan 2023 15:04
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 28
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Akan tetapi, ada perasaan tidak enak yang seperti muncul tina-tiba dan itu sudah dirasakan sejak pertama kali menginjak tempat ini.

Siapa yang menangis di tempat ini. batin pak Sukin yang masih ragu, apakah ia harus mengetuk pintu untuk sekedar mencari tahu sumber suara itu.

Namun dirinya diselimuti keraguan. Akan tetapi, suara itu tidak mau pergi dan sangat menganggu. Sehingga tanpa sadar.

“tok tok tok!!”

Pak Sukin mengetuk pintu, suara itu tiba-tiba menghilang. Bingung, pak Sukin masih memandang di pintu itu. Diketuknya lagi pintu itu untuk kedua kalinya.

“tok tok tok!!”

Tak ada jawaban apapun. Perhatian pak Sukin teralihkan ketika ia melihat Nur baru keluar. Tanpa membuang waktu, pak Sukin segera menghampiri Nur dan menyeretnya pergi dan meninggalkan tempat itu.

Baca juga: Malaysia Open 2023: Rekap Hasil Pertandingan Babak 32 Hari Kedua

Namun, ia kembali mendengar suara nangis itu lagi. Kali ini diikuti dengan aroma wangi melati yang semerbak di hidungnya.

“Ayo nak, kita pergi darisini” katanya buru-buru.

Belum jauh dari WC umum. Tiba-tiba terdengar suara seperti suara benda jtuh, nyaris menyerupai suara ketika kelapa jatuh dari pohon.

Kaget dan bingung. Nur dan pak Sukin mencari-cari sekiranya apa yang baru saja terjatuh itu.

“Pak, apa itu?” kata Nur.

“tunggu disini sebentar ya, bapak akan segera kembali”

Dalam langkah menembus kebun pisang, pak Sukib berpikir, tidak mungkin itu buah kelapa. Disini kan kebun pisang, dan suara pisang jatuh tidak akan sekeras itu.

Tapi, rasa penasaran terkadang membutakan akal pikiran manusia. Sehingga pak Sukin mulai mencari-cari dimana sumber suara oitu berasal. Ia bergerak kesana kemari, melewati satu pohon pisang ke pohon pisang lain, akhirnya, matanya tertuju pada siluet bundar di atas tanah.

Baca juga: Hadiri HUT Indonesia, Ini Pesan Ridwan Kamil untuk Pemuda

Ia menyorot benda asing itu dengan senter ditangannya. Mendekatinya, kemudian memungutnya. Rupanya, sebuah batu besar biasa.

Kecewa, pak Sukin berniat membuangnta begitu saja. Namun aneh, batu itu mendadak memiliki tekstur lain dan ketika pak Sukin mengamatinya lebih jeli, dilihatnya sebatok kepala tengah rtersenyum menyeringai menatap wajahnya.

“ndas kelontong” (kepala bunting” katanya. Ia langsung lari membuangnya jauh-jauh. Dengan lamgkah kaki yang cepat, pak Sukin berlari meninggalkan tempat itu. Matanya awas memandang sekeliling.

Mencari dimana ia meninggalkan anaknya tadi. Namun, ia bingung di tempat ia meninggalkan Nur, ia tidak menemukan anaknya.

Gelisah campur takut, mendadak memenuhi pikirannya, pak Suki mulai memanggil Nur dan masuk ke celah kebun pisang yang semakin lama semakin membuatnya merinding.

Lega, ia melihat Nur dari kejauhan. Ia tengah duduk di atas pokok pisang yang tumbang. Tampaknya, ia sedang menunggu dirinya. Tanpa berpikir panjang, pak Sukin mendekatinya. Tetapi ia kembali mencium aroma wangi melati lagi, tipis.

Dan benar saja….

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Menang Atas Persija, Milla Apresiasi Pemain dan Bobotoh

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait