Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 22

Horor —Selasa, 3 Jan 2023 13:56
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 22
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Siapapun yang menyerupai pak Edi berniat baik dengan menjauhkan mas Anton dari pusat yang seharusnya memang tidak ia datangi.

Seharian mas Anton hanya tiduran di dalam kamar. Badannya letih, masih tidak isa menerima ini begitu saja. Namun, kemudian ia ingat. Sekarang, ia di ruma ini sendirian setelah mas Fadhil pergi untuk bekerja di shift sore.

Hari mulai petang, mas Anton bergegas mengambil air wudhu kemudian masuk ke dalam kamar. Di bentangkan sajadahnya di samping tempat tidur. Kemudian berniat untuk menunaikan shalat maghrib. Namun, petang ini ia tau, dirinya tidak sendirian di kamar ini.

Mas Anton berniat menunaikan shalat maghrib di dalam kamar. Namun, jangankan untuk mengkhusyukkan diri. Untuk membaca al-fatihah saja ia beberapa kali harus mengulanginya. Karena, seseorang seperti sedang melihatnya entah dari sudut mana.

Yang mas Anton ingat, ada bayangan wajah. Bayangan wajah itu seolah tertawa melihat ia menunaikan kewajibannya sebagai seorang muslim. Benar saja, baru rakaat satu, tiba-tiba saja sesuatu menepuk bahunya.

Baca juga: Harga Tiket Daihatsu Indonesia Masters 2023

Ia yakin bahwa ia baru saja merasakan tepukan di bahu. Sudah menjadi kewajiban seorang muslim, ketika ia shalat sendiri di surah atau masjid. Bila seseorang menepuk bahu maka itu adalah peribtah bahwa ia harus menjadi imam untuk yang meneouk bahu.

Masalahnya, siapa yang ingin bergabung ketika shalat ketika mas Anton menunaikan shalat di dalam kamar.

Takut dan kengerian masuk begitu saja untuk menggoyahkan iman mas Anton. Namun, sebagai muslim yang baik, ia mula mebgeraskan suaranya untuk membaca al-fatihah, menunaikan shalat seolah-olah ada orang di belakangnya.

Baca juga: Pecah Rekor, Serapan APBD Jabar 96 Persen

Ketika tahiyat terakhir dan di tutup dengan salam. Mas Anton terkejut bukan main, karena tidak ada siappun yang berdiri dibelakangnya. Detik itu juga mas Anton hanya bisa beristigfar, berharap siapapun yang menganggunya akan berhenti melakukannya.

Semenjak tinggal di rumah itu, Mas Anton sadar bahwa memang ada makhluk lain selain manusia yang bersifat ghaib dan di agamanya diajarkan akan hal itu. Namun, dalam bathinnya yang paling dalam, ia tahu ia tidak dapat menyembunyikan ketakutannya.

Berbeda dengan mas Anton, bkan berarti mas Fadhil tidak pernah duganggy. Sebaliknya, mas Fadhil mendapat gangguan berupa serangan fisik. Namun namun ia lebih menahan diri dan tidak menceritakan ini pada mas Anton. Kelak, ketika mas Fadhil sudah tidak sanggup, mas Fadhil bercerita.

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Tiket Semifinal Piala AFF 2022 Sudah Dijual, Segini Harganya

 

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait