Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 21

Horor —Senin, 2 Jan 2023 13:19
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 21
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Namun, dari semua kisah Mas Anton, ada satu kisah yang tidak akan pernah ia lupakan. Waktu bapak Danar ceritakan.

Entah itu malam jumat kliwon atau apa. sejak keluar dari rumah, mas Anton merasa firasatnya tidak enak.

Ia berjalan menelusuri jalan pabrik yang remang-remang. Bergerak menuju pos jaga yang jaraknya 2 kilometer dari rumah jaganya.

Mas Fadhil yang diajak tukar shift menolak beralasan badannya sedang meriang. Padahal ia tau, malam itu adalah malam dimana semua penghuni sedang ramai.

Di perjalanan, mas Anton mendengar suara orang yang menabuh gamelan, seperti ada pertunjukan ludruk atau wayang. Yang dipikiran mas Anton, siapa yang mengadakan hajatan itu? Desa tetangga kah>?

Namun, ia terdiam. Manakala mengamati ada sesuatu dihadapannya. Seseorang tengah menari di sebuah lahan rumput yang gelap gulita, siluetnya menyerupai penari jaipong.

Baca juga: Ragam Fasilitas dan Fungsi Masjid Al Jabbar

Namun, suara gamelan terdengar dimana-mana. Mas Anton mendekatinya perlahan. Rasa penasaran sudah membuang akal sehatnya.

Rupanya, penari itu tidak sendirian. Di kanan dan kirinya ramai orang yang melihat.

Kaget, mas Anton mendekatinya. Bagaimana mungkin ada pesta malam begini di dalam pabrik. Sewaktu mendekat, mas Anton mencoum wangi daun kemanhi bercampur wewangian bunga kamboja.

Ketika tanpa sadar, mas Anton terus mendekati lahan. Ia mulai merasa ridak bisa mengendalikan diri untuk pergi. Ia tau, ada yang tidak beres waktu suara anak-anak dan orang tua yang tertawa di iringi lagu-lagu jawa menambah keinginanya untuk ikut.

Sampai, pak Edi menyadarkannya.

“Ton. Iki guk nggomu jogo, lapo nang kene?” (Ton, ini bukan tempatmu berjaga, nhgapain kamu disinu?)

Mas Anton segera menunjuk apa yang ia lihat. Namun, ketika ia melihat lahan itu lagi, ia baru sadar, sudah menunjuk lahan dengan cerobong pabrik di depannya. Yang lebih mengejutkan lagi, tempat itu gelap gulita tanpa ada satu orangpun disana.

Baca juga: Tiba di Filipina, Skuad Garuda Tetap Fokus

Pak Edi segera membawa mas Anton pergi. Diantarnya ia k epos jaga, ketika akhirnya ia melihat teman-teman berjaganya ia bercerita.

Semua yang mendengar, baru kali ini memasang wajah tertarik. Sampai mas Anton bercerita, bila ia tidak disadarkan pak Edi, mungkin besok ia sudah lenyap.

Semua temannya saling menatap satu sama lain. ?Pak Edi opo maksudmu?” (Pak Edi apa maksudmu?)

“Pak Edi” kata mas Anton menegaskan, “iki lho wonge” (ini loh orangnya)

Namun, tak seorang pun berdiri disana. Mas Anton baru diberi tau bahwa, pak Edi tidak akan jaga malam hari ini, ia sedang ada di rumah, anaknya sedang sakit.

Mas Anton hanya terdiam, termangu memikirkan siapa yang sudah menemaninya malam ini.

Setelah malam itu, mas Anton jatuh sakit. Mas Fadhil mengatakan seharusnya mas Anton bersyukur. Siapapun yang menyerupai pak Edi berniat baik dengan menjauhkan mas Anton dari pusat yang seharusnya memang tidak ia datangi.

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

 

Baca juga: Arus Lalu Lintas Priangan Timur Kondusif Saat Liburan Akhir Tahun

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait