Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 1

Horor —Kamis, 1 Dec 2022 10:01
    Bagikan  
Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Bagian 1
Ilustrasi.* (FOTO: Pinterest)

POSTPANGANDARAN,- Karena Gerbang Timur ditutup, anak-anak pun kebingungan.. si udin akhirnya nyeletuk “Yo opo nek liwat perumahan londo” (gimana kalau lewat perumahan belanda?)

Danar terdiam sebentar. Mendengar nama perumakan londo membuatnya bergidik ngeri. Karena, jauh di jakur utara memang ada gerbang tua. Gerabng yang sudaj lama ditinggalkan.

Di sebelahnya, ada tanah luas berpagar. Disana, berjejer rumah besar nan megah. Ada 6 hingga 7 rumah dengan gaya arstiek yang sama, arsitek khas Belanda.

Sejarahnya sendiri, di rumah itu dulu memang bekas rumah orang-orang Belanda yang memiliki kabatan di pabrik gula itu.

Namun, yang buat merinding adalah, semua rumah itu sudah kosong bertahun-tahun, tidak lagi ditinggali hingga saat ini. Dan beredar dari mulut ke mulut bahwa banyak yang pernah melihat seseorang berdiri di kaca, menatap kosong jalanan ketika seorang melintang.

Mereka melihat, Orang Belanda lengkap dengan pakaian khas mereka. Tersenyum sabil menyambut siapapun yang lewat.

Baca juga: Akhirnya! Jess No Limit dan Sisca Kohl Rilis Foto Pernikahan

Alasan kenapa Udin mengusulkan hal itu karena di perumahan Lpndi, tepatnya di rumah paling ujung ada tembok pembatas. Di salah satu bagian temboknya sudah runtuh beberapa bagian, jadi dapat di panjat oleh mereka yang masih anak-anak.

Mereka pun menuju jaur utara, jalan kaki menyusuri kalan sampai disana. Satu demi satu dari mereka memanjat, melompat dan sampailah di depan rumag megah yang berjejer. Hal yang paling menganggu dari rumah itu adalah gaya desain yang hampir sama semua.

Yang paling mencolok, kaca hitam besar di samping pintu. Setiap melewati rumah itu, mereka berusaha untuk tidak melihat ke dalam kaca itu. Karena setiap melihat kaca itu, Danar terbayang wajah-wajah Belanda yang sering ia bayangkan karena cerita yang beredar.

Namun, Danar selalu gagal. Danar selalu melihat kesana, memang tidak ada apa-apa. Tapi, bulu kuduk selalu merinding setiap melihatnya.

Baca juga: Jangan Keluar Saat Senja

Teman-teman Danar tampak biasa saja, berjalan tanpa beban. Sedangkan Danar selalu was-was. Perasaan tidak enak ketika melewati rumah itu selalu tiba-tiba muncul. Seolah-olah Danar sudah ditunggu oleh mereka yang menghuni perumahan Londo ini.

Akhirnya, Danar dan yang lain tiba di ja;an kecil yang menuju ke kawasan pabrik, ia hanya bisa melihat gerbang utara di kerangkeng dengan rantai di belakang. Akhirnya, ia menyusuri jalan itu. Di timur terlihat samar-samar banhunan tua sekolah TK yang dopisah dengan pagar kawat tinggi.

Ada satu hal yang selalu membuat Danar bertanya-tanya. Ada sebuah lahan kosong yang ditumbuhi pohon manga. Anehnya, dibawahnya rumput-rumur tinggi setinggi lutut orang dewasa. Dalam hatinya, ia bertanya, kenapa orang pabrik tidak ada yamg motong umput itu agar bersih ya?

Namun, hal itu ternyata ada alasannya.

Lapangan tenis sudah terlihat. Di samping ;apangan tenis ada 2 pohon Asem yang sudah berumur puluhan tahun. besar sekali dan mencolok di bandingkan dengan pohin lainnta. Sehingga lapangan tenis begitu sejuk di tutupi rindangnya dedaunan pohon asem.

Bersambung… (Bersumber dari Twitter @simplem81378523 / PARISAINI R ZIDANIA)

Baca juga: Kerajaan Demit di Pabrik Gula, Prolog

Editor: Zizi
								
    Bagikan  

Berita Terkait