Makam Pangeran Raja Atas Angin, Destinasi Wisata Religi di Bandung Barat

Hiburan —Senin, 3 May 2021 15:47
    Bagikan  
Makam Pangeran Raja Atas Angin, Destinasi Wisata Religi di Bandung Barat
Makam Syekh Maulana Raden Muhammad Syafei atau Pangeran Raja Atas Angin berada di Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. (Foto: disdikkbb.org)

DEPOSTPANGANDARAN

Tak hanya terkenal dengan wisata alam sebagai aset pariwisatanya, Kabupaten Bandung Barat ternyata mempunyai aset diluar dari wisata alam yang harus dijaga dan dikembangkan sebagai objek pariwisata.

Wisata kultural dan sejarah, seperti wisata religi adalah salah satu objek pariwisata yang mesti dibidik sebagai aset, melihat animo dari wisata ziarah di Indonesia khususnya di Jawa Barat masih besar. Salah satu dari lokasi ziarah makam yang banyak dikunjungi adalah Makam Pangeran Raja Atas Angin di kecamatan Cipongkor.

Makam Syekh Maulana Raden Muhammad Syafei berada di Desa Cijenuk, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat. Di sebelah makam sang pangeran, terdapat makam istrinya yakni Nyimas Rangga Wuluh. Bukti peninggalan dari tokoh awal penyebar Islam di Jawa Barat ini berupa makam keramat yang banyak diziarahi.

Makam Syekh Maulana Muhammad Syafei kini sudah menjadi salah satu objek wisata religi di Kabupaten Bandung Barat. Ratusan peziarah datang dari berbagai daerah di Jawa Barat, bahkan berbagai pelosok Indonesia. Termasuk Batam, Padang, Aceh, Gorontalo, dan masih banyak lagi. Dalam waktu tertentu, terutama pada bulan Rabiul Awal (Mulud), makam-makam keramat ini seringkali diziarahi oleh masyarakat dalam jumlah yang lebih besar.

Dikemukakan bahwa tokoh utama yang dikatakan sebagai pembawa ajaran Islam atau pelopor dakwah Islam bernama Syekh Maulana Raden Muhammad Syafei atau yang dikenal pula Eyang Dalem Cijenuk. Diceritakan bahwa Eyang Dalem Cijenuk berperan menyampaikan dakwah pada beberapa wilayah di daerah ini.

Baca juga: Cek Disini! 12 Sifat Baik dan Buruk Zodiak Taurus, Mudah Bergaul dan Pendendam

Baca juga: Belanda Membuat Wilayah Jawa Menjadi Terbelah dengan Perjanjian Giyanti

Menurut sumber informasi yang didapatkan dari buku dokumen (Buku tuntuan Ziarah Kubur yang diterbitkan Yayasan Syekh Maulana Muhammad Syafei. ) yang terdapat di Kesultanan yang memuat nama gelar Syekh Maulana Raden Muhammad Syafei, yakni Pangeran Raja Atas Angin.

Sejak saat itu, diterbitkan surat keputusan yang memuat pengakuan dari Kesultanan Kanoman bahwa Pangeran Raja Atas Angin merupakan keturunan dari Kesultanan Cirebon. Pengakuaan ini diperkuat dengan kehadiran petugas Kesultanan Cirebon pada beberapa tahun setelah itu untuk memandu langsung setiap pelaksanaan haol (pertemuan tahun) Syekh Maulana Muhammad Syafei.

Menurut cerita yang berkembang, Syekh Maulana Muhammad Syafei pada dasarnya merupakan putra mahkota yang kelak berhak untuk menempati singgasana kesultanan. Namun karena mendapat petunjuk dari leluhurnya agar keluar dari lingkungan keraton untuk menyebarkan ajaran Islam, akhirnya sang pangeran memutuskan untuk pergi menuju arah selatan melewati daerah pedalaman Pandeglang, Labah, Bogor, Cianjur, Surade Sukabumi hingga Cisewu Garut. Konon, rute ini merupakan jalur yang biasa dipergunakan Syekh Maulana Yusuf untuk menghindari pengejaran pasukan penjajah Belanda.

Sebenarnya cukup banyak potensi yang bisa digali dan dikembangkan menjadi wisata unggulan disamping objek di atas. Daerah yang banyak dihuni oleh para ulama dan santri ini memiliki sejumlah situs sejarah jejak-jejak peninggalan para penyebar agama Islam.

Sebut saja Makam Embah Dalem Jagat Sakti dan Eyang Dipatiukur di Cipatat, Makam Eyang Keraton Ciawitali di Cikalongwetan. Makam Sembah Dalem Ibrahim di Ciraden Cihampelas, Makam Mama Ilyas Cibitung, Makam Keramat Salem di Desa Tenjolaut, Makam Keramat Dayeuh Luhur di Desa Puteran, Makam Keramat Bale Kambang di Komplek Perkebunan Gunung Susuruh, dan Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei atau Pangeran Raja Atas Angin di Cipongkor.

Menarik untuk dikaji tentang Makam Syaikh Maulana Muhammad Syafei ini, pemakaman seluas 2,5 hektar ini, menyimpan jejak-jejak sejarah penyebaran agama Islam di wilayah Priangan, khususnya Bandung dan sekitarnya. Sebuah pohon besar, yang akarnya menyembul ke permukaan makam, menambah istimewanya area ini. (EK)


Editor: Ajeng
								
    Bagikan  

Berita Terkait